Tak hanya itu, Presiden juga mengingatkan agar masyarakat lebih bijak dan berhati-hati jika ingin menggunakan sertifikatnya sebagai agunan untuk meminjam uang di bank. Ia pun menitipkan agar pinjaman tersebut digunakan seluruhnya untuk hal-hal yang produktif.

“Gunakan seluruhnya untuk modal usaha, modal kerja, atau modal investasi. Jangan dipakai untuk beli-beli barang kenikmatan. Kalau untung Rp2 juta, Rp5 juta, Rp10 juta alhamdulillah. Sudah kumpul tabungannya, silakan mau beli sepeda motor atau mobil. Tapi dari keuntungan, bukan dari pokok pinjaman. Jadi hati-hati kalau mau pinjam ke bank,” ungkapnya.

Urus Sertifikat Cepat dan Gratiis

Selepas menyampaikan sambutan, Presiden menyempatkan berinteraksi langsung dengan dua penerima sertifikat, yaitu Mashuri dan Suprapti. Di hadapan Presiden, keduanya menyebutkan alasan mengapa mereka baru mengurus sertifikat tanahnya sekarang.

“Kenapa baru diurus sekarang, enggak dari dulu-dulu?” tanya Presiden.

“Karena enggak punya duit, Pak,” jawab Mashuri disambut riuh tawa seluruh hadirin.

“Ya memang benar jawabannya benar. Hampir di seluruh Indonesia jawabannya seperti ini. Karena memang kalau dulu-dulu yang namanya ngurus sertifikat itu selain lama dan ribet, bayarnya mahal. Oleh sebab itu sekarang dipermudah, dipercepat dan gratis. Terima kasih kepada BPN,” ujar Presiden.

Kemudahan dalam mengurus sertifikat ini pun dirasakan juga oleh Suprapti. Ia menuturkan, selain gratis pengurusannya juga cepat, yakni hanya 4 bulan dari awal mengurus di kelurahan hingga sertifikatnya keluar.

“Sekali lagi hati-hati dengan sertifikat yang bapak, ibu miliki. Gunakan sebaik-baiknya untuk lebih menyejahterakan keluarga bapak, ibu semuanya,” kata Presiden.

Dalam acara ini, turut hadir mendampingi Presiden yaitu Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, dan Wakil Bupati Bangkalan Mohni.