Politik Milenial, Politik Solidaritas: Untuk Demokrasi Bermartabat
Jakarta, Rakyat News – Udara pagi 2019 yang segar ini menyiratkan bahwa harapan dan cita akan kita raih dengan segala optimisme. Semalam berlalu kita tutup dengan segala kebaikan dan keburukan tahun 2018.
Kembang-kembang api memecahkan kisah-kisah lampau yang hilang ditelan angkasa. Forgive but never forgetted, itulah mungkin ungkapan yang tepat untuk menggambarkan masa lalu.
Ya, benar! Sudah seharusnya kita move on dari segala yang telah lalu. Tapi jangan pernah lupakan bahwa kita pernah tersandung, kita pernah jatuh, dan mungkin kita pernah menyakiti satu sama lain. Menyakiti karena beda pikiran, beda pilihan, atau bahkan hanya beda selera. Bukannya perbedaan adalah sebuah kemutlakan di muka bumi?
Seharusnya kita sadar bahwa aku memilih ini bukan berarti aku membencimu yang memilih itu. Seharusnya kita sadar bahwa pilihan itu soal proses hidup yang akan kita lewati. Kita tetap akan sadar bahwa kita sebenarnya tidak terpisah satu sama lain karena kita adalah “SATU” Indonesia.
Sudahilah saling mencemooh dan mencaci maki, toh kalau ada yang salah memilih itu karena kita masih manusia yang memijak bumi. Tahun ini akan sangat berat dilalui kalau kita masih menyimpan dendam masa lalu, namun akan sangat ringan dilewati kalau kita bergandengan tangan menatap masa depan.
Tahun ini juga kita memasuki masa-masa bonus demografi, anak-anak muda Indonesia dituntut agar meningkatkan kapasitas diri untuk menyambut pasar tenaga kerja global. Kalau maksimal kita untung besar, kalau kita lalai beban negara yang akan semakin besar. Oleh sebab itu, kita sadar ternyata membangun negara adalah tanggungjawab bersama,
Bukan hanya karena kemampuan satu atau dua orang saja. Walau presidennya hebat, kalau rakyatnya tidak mau berkembang akan sulit menjawab tantangan global. Semuanya itu harus kita mulai dengan optimisme dan terus berpikir positif tanpa meninggalkan budaya kritis.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan