Rakyat News – Akhir akhir ini saya merasa asing di negeriku. Setelah memasuki tahun ke tiga pensiun dari pengabdian di TNI, ada penistaan Al Quran begitu sulit untuk ditersangkakan, bahkan karena sulitnya membuat negeriku banyak mengeluarkan energi harus melibatkan banyak pakar, banyak modal yang sebenarnya bukan hal yang harus jika kesamaan hak warga negara dimata hukum diterapkan secara adil.

Lalu saya bertanya benarkah reaksi umat Islam terhadap penistaan Al Quran ada kaitannya dengan politik? Ternyata tidak benar sebab kalau hanya soal politik umat Islam tidak akan menyatu.

Apakah karena pelaku non muslim? Juga ternyata tidak, sebab banyak kawan saya non muslim, memahami perasaan umat Islam dan mengakui bahwa patut jika umat Islam tidak dapat menerima penistaan Al Quran. Lalu apakah karena pelaku penistaan dari etnis Cina? Ternyata juga kurang benar karena banyak dari kalangan etnis Cina pun merasa bahwa tindakan penistaan Al Quran memang tidak pantas dilakukan.
Lalu dengan berbagai disiplin ilmu dilakukan pengkajian apakah dalam ucapan Ahok terjadi penistaan Al Quran ( surat Al Maidah 51), terbukti .

Lebih jauh dari itu saya semakin bingung, apa benar negeri dalam keadaan bahaya? Karena tiba-tiba saja banyak kalangan meneriakan slogan persatuan , kebhinekaan harus dijaga. Dijaga karena apa dan siapa yang akan merusaknya?. Tuan-tuan penguasa buka mata dan telinga dengar kata rakyat, permintaan kami sangat sederhana, jangan biarkan penistaan terhadap Al Quran, juga terhadap kitab suci lainnya, hentikan menyebar kebencian antar sesama anak bangsa. Lakukan dengan kekuasaan kalian, tapi jangan pilih kasih, jangan lagi menganggap pribumi ini tidak paham.

Jika Ahok ditahan untuk mempertanggungjawabkan ucapannya, saya tidak percaya kalau Indonesia akan runtuh. Ini bukan soal politik tapi ini soal penistaan terhadap keyakinan umat Islam. Ingat kami juga punya hak dan kewajiban atas NKRI .

YouTube player