Kedua, Indah Megahwati, Direktur Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan. Sukses menjalankan program KUR yang dapat mendukung dan meningkatkan produksi dan nilai tambah pertanian dan saat ini terus bertambah.

Adapun pengembangan KUR Klaster Pertanian bertujuan memudahkan petani dalam mendapatkan akses pembiayaan KUR dari bank. Selain itu, BUMDES akan membantu memasarkan pada para pembeli serta dengan adanya klaster ini dapat meningkatkan kepercayaan bank.

“Peran kami dalam kementan tentunya mempersiapkan individu atau kelompok kemitraan yang tentunya menggunakan pembiayaan dengan KUR. Kita akan memberi kebijakan dan prioritas bidang usaha yang akan menerima penjaminan kredit/pembiayaan, melakukan pembinaan dan pendampingan selama masa kredit atau pembiayaan serta memfasilitasi hubungan antara usaha tani dan Koperasi,” jelas Indah.

Ketiga, Tri Mumpuni, Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan. Ia mengatakan sangat disayangkan jika para petani menjual produk pertanian tapi mereka membawa makanan instan ke rumahnya.

Baca Juga: Optimalkan Kinerja Pegawai, Irjen Kementan dan BPKP Dukung Pengawasan Internal

Mereka menganggap makanan instan itu sehat padahal makanan tersebut dapat menimbulkan penyakit. Alangkah lebih baiknya jika para petani membawa hasil tanamannya sebagai makanan sehat yang dibawa ke keluarganya.

“Sebagai wanita tangguh, dalam pembangunan jaman sekarang adalah wanita yang mampu mempertahankan dan membuat makanan sehat untuk anak-anak dan keluarganya sendiri. Untuk itu perempuan tangguh jaman sekarang harus mengetahui penggolongan makanan dengan baik,” ucap Tri.

Keempat, Erika B. Laconi sebagai Guru Besar IPB University. Menurutnya, peran perempuan dalam pendidikan yakni Ibu adalah pendidik utama. Pendidikan itu bermula dari keluarga dan ada di ibu. Tiga sentra pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Pendidikan penting bagi Ibu untuk mendampingi anak yang lahir sebagai generasi digital. Pendidikan perempuan di Indonesia diatas rata-rata Asia dan Dunia. Sebanyak 56% mahasiswi di perguruan tinggi, dan tingkat kecepatan penyelesaian studi ada pada mahasiswi.