Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) tak hanya menggenjot produksi pangan utama, tapi juga pangan alternatif yakni ganyong sebagai pengganti beras dan tepung terigu sehingga dapat meningkatkan perekonomian petani dan nasional. Upaya ini pun menggandeng perguruan tinggi dan Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI)

Tentang hal ini, mendapat apresiasi dari kalangan akademisi. Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University, Satriyas Ilyas, menilai untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, diperlukan upaya untuk memanfaatkan sumber pangan lain selain beras.

Salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan pangan adalah mengoptimalkan potensi kekayaan pangan lokal Indonesia yang melimpah, misalnya ganyong yang hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal.

“Rimpang ganyong dapat menjadi salah satu alternatif dalam memenuhi bahan pangan masyarakat. Ganyong itu tepung patinya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tepung terigu atau kentang, untuk pembuatan kue, bihun, mie ganyong, produk makanan lain, dan sebagainya,” demikian ujar Satriyas dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani, yang merupakan Kerjasama Ditjen Tanaman Pangan dan ISWI, Kamis (28/04/2022).

“Pemanfaatan ganyong sebagai tepung perlu dioptimalkan untuk meningkatkan nilai ekonominya. Dengan perbanyakan tanaman dan benih akan membuka peluang untuk crop improvement,” sambung dia.

Senada dengan hal tersebut, Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Digantara, ITB, Indra Djodikusumo menuturkan cara pembuatan tepung/pati ganyong. Tahapannya adalah penghilangan kulit dan kotoran, pengirisan, perendaman dengan larutan bisulfit 0,3 %, penirisan, pengeringan dengan Infrared Solar Dryer, irisan ganyong kering, penggilingan, dan pengayakan.

“Prinsip pengirisan (perajangan) terdiri atas dua gerakan yaitu gerak pemakanan dan gerak pemotongan. Kemudian untuk pengeringan, bisa menggunakan solar dryer seperti pada tepung yang ukuran dryernya tergantung kebutuhan,” jelas Indra.