Jakarta, Rakyat News – Sebuah ciutan di Twitter meresahkan Indonesia pada awal Mei 2020. Data-data yang diretas diduga tanpa informasi salt sehingga memudahkan peretas untuk menebak kata kunci. “Database ini berisi email, hash kata kunci, dan nama,” seperti dikutip dari cuitan akun @underthebreach di Twitter, Sabtu, 2 Mei 2020.

Kemudian, peretas mengklaim bahwa dia telah mengantongi 2,3 juta data lengkap warga Indonesia yang disebut didapatkan dari data pemilih di KPU tahun 2014 Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta yang disensor. Peretas dalam akun tersebut juga mengancam akan membocorkan segera 2 juta data tambahan. Hal itu pun baru diketahui setelah akun twitter bernama @underthebreach mengunggah cuitannya pada hari Kamis malam (21/5/2020) sekitar pukul 21.31 WIB yang menyebutkan data yang diretas meliputi, nama, alamat, nomor ID, tanggal lahir, dan lainnya.

Tokopedia sebelumnya dikabarkan mengalami masalah keamanan yang membuat data-data pribadi sedikitnya 15 juta pengguna bocor dan ditawarkan di forum-forum online. Sementara itu, VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak mengatakan saat ini pihak Tokopedia melakukan investigasi akan dugaan peretasan yang membuat data 15 Juta pengguna e-commerce tersebut bocor.

Pakar keamanan siber dan Chairman Lembaga Riset SIber Indonesia CISSReC, Pratama Persadha menyatakan peretasan Tokopedia berpotensi menjalar ke akun media sosial dan platform lainnya dan platform lainnya bila (pengguna) menggunakan email dan password yang sama. Yang bisa dilakukan pengguna Tokopedia adalah mengganti password dan mengaktifkan OTP (one time password) lewat SMS. Lalu mengganti semua password dari akun medsos dan platform marketplace selain Tokopedia. Situs marketplace akan selalu menjadi sasaran para peretas karena banyak menghimpun data masyarakat, terutama kartu kredit, kartu debit dan dompet digital.