MAKASSAR, RAKYAT NEWS – Pernyataan Bakal Calon Wali Kota Makassar, Danny Pomanto (DP), yang ingin menyelamatkan kota ini dari kemunduran tampaknya tidak merujuk data alias omong kosong.

Musababnya, berdasarkan data BPS maupun Bappeda, laju pertumbuhan ekonomi Makassar malah mengalami kemunduran saat DP dipercaya memimpin ibu kota Provinsi Sulsel periode 2014-2019.

Pengamat ekonomi, Dr Syamsu Rijal, PhD, menyampaikan selama DP memimpin Makassar, pertumbuhan ekonomi cukup baik. Namun, bila dibandingkan dengan wali kota terdahulu, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), jelas merupakan kemunduran alias tidak ada apa-apanya. Di bawah nakhoda IAS, laju pertumbuhan ekonomi Makassar memang sangat tinggi, bahkan di atas Tiongkok.

“Kalau bicara soal pertumbuhan ekonomi memang tidak bisa asal-asalan karena datanya jelas terekam di BPS maupun Bappeda. Di era IAS, pencapaian Makassar luar biasa dan itu diakui dan diapresiasi presiden kala itu (SBY). Setelahnya (di era DP) mulai ada kemunduran. Ya cukup stabil, tapi biasa-biasa saja, tidak mampu melanjutkan tren peningkatan sebelumnya,” kata dosen UNM ini, Selasa 25 Agustus 2020.

Berdasarkan data BPS maupun Bappeda, selama 10 tahun menjabat Wali Kota Makassar periode 2004-2014, IAS selalu membawa laju pertumbuhan kota ini di atas angka nasional. Rata-rata di atas 9% per tahun. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Makassar sempat menembus dua digit, tepatnya 10,52% pada 2008.

Bila dibandingkan dengan DP, laju pertumbuhan ekonomi di era IAS jelas tidak tertandingi. Di masa DP, angka pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 8,6% pada 2019. Selebihnya, berkisar 7-8%. DP sendiri pada masa awal jabatannya mengakui torehan IAS dalam memajukan Makassar, bertepatan dengan pidato kenegaraan Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Alhamdulillah, ini kerja keras pak Ilham dalam membangun kota ini. Beliau sangat berjasa memajukan kota dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat,” puji DP kala itu dikutip dari beritasatu.com.

Bahkan, SBY dalam pidato kenegaraannya memuji akselerasi pertumbuhan ekonomi Makassar yang tidak hanya di atas nasional, tapi juga di atas Tiongkok. “Kita semua senang melihat Makassar mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari Tiongkok,” ucap SBY.

Tidak sebatas sukses mendongkrak pertumbuhan ekonomi, alumni Fakultas Ekonomi Central China Normal University,, Wuhan, Tiongkok melanjutkan keberhasilan IAS terletak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Anggaran Makassar naik hampir empat kali lipat, dari Rp560 miliar pada 2004 menjadi Rp2,3 triliun pada 2014. Begitu pula dengan pendapatan per kapita masyarakat per tahun, dari Rp11 juta menjadi Rp40 juta.

Selain itu, mantan dosen Unhalu ini menyampaikan di tangan IAS pula Makassar lebih maju dan modern. Sejumlah bangunan monumental berhasil dibangun dan menjadi ikon. Sebut saja Anjungan Pantai Losari dan revitalisasi Lapangan Karebosi. Hal ini yang gagal diikuti DP yang hanya berkutat pada upaya membangun lorong, tapi tidak maksimal.

Sejumlah program DP terkait lorong itu pun bisa dikatakan gagal. Mulai dari badan usaha lorong, lorong garden hingga apartemen lorong. Program lain yang juga dianggap gagal yakni pete-pete smart, halte smart dan gendang dua. “Jadi, logika ingin menyelamatkan Makassar dari kemunduran yang ingin dibangun DP terbantahkan oleh data BPS tersebut,” terangnya. (*)