JAKARTA – Pada kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia pada kamis (30/6) lalu guna mendamaikan anatara Rusia dengan Ukraina juga menyampaikan pesan dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dinilai tidak mendapat respon dari Presiden Vladimir Putin.

Baca Juga : Putin Ingatkan Jokowi Tentang Peran Rusia di Awal Kemerdekaan

Dalam pidatonya, Putin sama sekali tidak membahas dorongan damai tersebut dan hanya lebih banyak bicara mengenai hubungan bilateral Indonesia-Rusia dan pasokan pangan global.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, menilai sikap Putin ini merupakan strategi orang nomor satu di Rusia tersebut.

Menurutnya, saat ini Rusia sedang dalam kondisi terjepit. Negara itu semakin dikepung oleh negara-negara Barat, terutama setelah Swedia dan Finlandia berencana bergabung dengan NATO.

Sementara itu, penutupan Selat Bosphorus oleh Turki juga menghambat operasional kapal perang Rusia di tengah invasi mereka ke Ukraina.

Suzie mengatakan, Putin memiliki kepentingan strategis untuk tidak menjawab hal tersebut karena ia berada di antara laut Baltik serta terjepit di Bosphorus dan Dardanella.

“Jelas dia punya kepentingan strategis untuk tidak menjawab. Kepentingan strategis karena dia terjepit di Laut Baltik dan terjepit di Bosphorus dan Dardanella,” kata Suzie dilansir dari CNNIndonesia.com.

Suzie mengatakan dengan kondisi tersebut, sudah jelas bahwa Putin akan semakin defensif. Putin jelas tak ingin “kalah” dari ancaman negara-negara Barat.

“Sehingga dia tidak akan menguraikan apakah dia akan mundur dari peperangan ini atau tidak. Karena itu tergantung apakah dalam keterjepitan negara kontinental tersebut dia akan menyerang NATO atau tidak. Dan sebaliknya NATO akan membalas atau tidak,” tutur Suzie.

Suzie juga memandang langkah Rusia menarik pasukannya dari Pulau Ular merupakan cara untuk membenarkan langkah negaranya merebut kawasan tersebut.