Makassar, Rakyat News – Sejumlah pengamat menyebut tensi politik kian meningkat menjelang tahapan pendaftaran kontestan pilkada di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 4-6 September 2020.

“Saya lihat perkembangan terakhir, beberapa hari ini, sampai minggu depan tensi politiknya akan terus meningkat. Di sini sebenarnya pertarungan pertama, dimana ditentukan siapa yang bisa ikut bertarung atau tidak,” kata Andi Ali Armunanto, pengamat politik dari Unhas saat dihubungi wartawan, Kamis, 27 Agustus 2020.

Menurut dia, terlihat jelas ada tarik menarik dukungan parpol dengan mengutak atik arah dukungan, meski sebenarnya parpol sudah memberikan rekomendasi dukungan kepada bakal calon tertentu beberapa waktu lalu, namun sifatnya belum resmi, dan nanti baru diakui setelah disahkan KPU Makassar setelah tahapan pendaftaran.

Sejauh ini, ada empat pasang bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar dijadwalkan mendaftar masing masing, pasangan Munafri Arifuddin-Abd Rahman Bando, diusung sementara empat partai politik yakni Partai Demokrat memperoleh enam kursi di DPRD Makassar, disusul PPP lima kursi, dan Perindo dua kursi serta didukung PSI (non kursi), total 13 kursi.

Selanjutnya pasangan Syamsu Rizal-Fadli Ananda diusung sementara Partai PDI-P dengan enam kursi, Hanura tiga kursi dan PKB satu kursi, total 10 kursi. Kemudian pasangan Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi Masse diusung sementara Partai NasDem enam kursi dan Partai Gerindra lima kursi dengan total 11 kursi.

Serta pasangan Irman Yasin Limpo-Zunnun Nurdin Halid diusung sementara Partai Golkar dengan perolehan lima kursi, PKS lima kursi, PAN lima kursi dan Partai Berkarya satu kursi, total 16 kursi. Sesuai dengan persyaratan KPU Makassar setiap bakal Paslon minimal mendapat dukungan usungan 10 kursi dari DPRD Kota Makassar untuk nantinya ditetapkan sebagai pasangan calon.

Andi Ali mengatakan tensi politik itu diprediksi akan semakin meningkat mendekati hari pendaftaran secara resmi di KPU Makassar. Terbukti, pertujukan manuver politik terlihat ke publik, dimana salah seorang bakal calon Wali Kota, Munafri Arifuddin atau Appi telah dijadikan kader Partai Golkar, padahal Golkar mengusung pasangan Irman-Zunnun.

“Saya rasa sampai hari Jumat, pekan depan, tensi politik akan terus meningkat, Kita saksikan Appi mendekati golkar dan ada isu golkar beralih ke Appi. Walaupun PKS sudah jelas ketetapannya mengusung Irman, tapi ini masih bisa saling menggangu,” ujar dia.

“Selama formulir B1-KWK belum dikeluarkan semua partai pendukung secara resmi, saya kira berpotensi semua bisa saling menggangu,” tambahnya.

Saat ditanyakan prediksi jumlah pasangan calon yang bertarung dalam pilkada Kota Makassar, apakah tetap empat pasang calon atau malah berkurang, ia mengatakan pekan ini tensi politik masih tinggi serta ada potensi tarik menarik dukungan Parpol sehingga belum ada kepastian.

“Ini pertarungan awal, memang akan sangat terasa intensitas tensi politiknya semakin tinggi sampai hari Jumat (masa pendaftaran). Nanti mereda lagi, dan setelah mendekati hari pemilihan grafiknya meningkat lagi,” kata Ketua Jurusan Ilmu Politik Unhas itu.

Soal dukungan parpol terhadap Appi begitupun Irman dikenal akrab None dengan koalisi gemuknya, ujar dia, tidak menjadi masalah. Hanya saja, koalisi dengan Partai Golkar yang mendorong Zunnun Nurdin Halid sebagai wakil None, tentu akan rusak, apabila berpindah usungan, sehingga Zunnun tidak akan berguna.

Sementara untuk pasangan bakal calon lainnya, Syamsu Rizal-Fadli Ananda yang memiliki koalisi parpol dengan jumlah 10 kursi, atau pas-pasan, sejauh ini cenderung terlihat solid. Namun demikian, koalisi parpol yang mendukung Appi maupun None masih terlihat bergerak aktif serta cair.

Tapi, tidak menutup kemungkinan dukungan koalisi parpol terhadap Syamsu Rizal akrab disapa Deng Ical, bisa berubah begitupun dengan dukungan parpol kepada Moh Ramdhan Pomanto atau dikenal dengan Danny Pomanto bisa beralih ke pasangan lain menjelang pendaftaran.

“Appi dan None saya perhatikan masih belum solid (parpol) dan masih cair. Kedua calon ini, memang berpeluang saling menggangu. Tapi, tidak menutup kemungkinan parpol sudah menyatakan dukungan ke Deng Ical akan digoda oleh Appi maupun None, ataupun dukungan Danny bisa beralih ke yang lain,” katanya.

Tetapi, dalam dunia politik, kata Ali, hal seperti itu dianggap dinamis. Bahkan bisa saja Deng Ical dengan pasangannya menjadi menjadi kuda hitam yang membahayakan posisi ketiga kandidat ini.

Mengenai apakah ada kemungkinan bakal pasangan calon lain bisa terpental atau tidak direstui parpol sebelum mendaftar, ia mengatakan hal itu bisa saja terjadi.

“Kemungkinan (Paslon terpental) itu masih ada. Saya rasa sampai hari ini pun belum ada (pasti), baru Appi-Rahman deklarasi, ketiga ini belum. Saat-saat seperti ini justru akan menjadi sangat rawan untuk kehilangan dukungannya, apalagi tidak merapatkan barisannya. Kalau tidak dibegal partainya,” ucap dia.

Dihubungi terpisah, pengamat Politik dari Unismuh Makassar Andi Luhur Priyanto mengemukakan semua kemungkinan perubahan arah dukungan masih bisa terjadi. Termasuk perubahan pasangan calon, yang akan menyesuaikan dengan perubahan dukungan partai.

Dengan kendali pengambilan keputusan yang berada di tangan elit nasional, kata dia, maka dukungan partai sangat mungkin untuk berubah. Apalagi kehadiran Erwin Aksa sebagai Ketua Tim pemenangan Appi-Rahman, tentu ia punya akses previlege untuk berkomunikasi dengan para elit nasional termasuk golkar.

“Deklarasi keanggotaan Appi di Golkar, tentu saja punya tujuan politik yang pragmatis. Kalau tidak ada peluang merebut dukungan, maka hampir tidak ada keuntungan politik bagi Appi untuk bergabung di Partai Golkar saat ini, mengingat tanpa golkar partainya sudah mencukupi persyaratan,” ujar Luhur.

Sumber : Antaranews