MAKASSAR – Icraf Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Luwu Utara (Lutra) telah merampungkan Peta Jalan Kakao Lestari 2020 – 2045, sebagai bentuk komitmen dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan kakao.

Baca Juga: Paripurna 353 Tahun Sulsel, Andi Sudirman Kenakan Pakaian Adat Kajang

Mengingat, Kabupaten Lutra dikenal sebagai daerah penghasil kakao terbesar di Sulsel.

 

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, mengungkapkan, PDRB Kabupaten Lutra ditopang dari sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 49 persen pada tahun 2022 (BPS, 2022).

 

Hampir setengah dari PDRB pertanian didapatkan dari subsektor perkebunan, salah satunya adalah kakao.

 

“Pada tahun 2009, Kabupaten Luwu

Utara memiliki sekitar 56.000 hektar

kebun kakao namun saat ini

berkurang sampai 40.814 hektar

(BPS, 2021),” kata Indah, pada Seminar Nasional Kakao Berkelanjutan, yang dilaksanakan di Hotel Four Point by Sheraton Makassar, Rabu (19/10).

 

Ia menjelaskan, perkebunan kakao di Luwu Utara merupakan perkebunan kakao rakyat, yang dikelola langsung oleh petani.

 

Adapun permasalahaan dari pengelolaan skala kecil (small holder), antara lain serangan hama penyakit

tanaman yang berkontribusi pada

penurunan produktivitas, dan kualitas biji kakao yang dihasilkan petani.

 

“Kecamatan dengan kebun kakao paling luas antara lain di Kecamatan

Baebunta Selatan, Malangke barat,

Sabbang, dan Sabbang Selatan,” ujarnya.

 

Indah mengungkapkan, peta jalan terdiri dari skenario pembangunan, strategi, intervensi, dan indikator untuk mewujudkan visi Kakao Lestari, Rakyat Sejahtera.

 

Terdapat lima strategi yang telah disepakati dalam peta jalan kakao lestari ini. Antara lain, alokasi dan tata guna lahan berkelanjutan, peningkatan akses masyarakat terutama petani kakao terhadap modal penghidupan, peningkatan produktivitas dan diversifikasi produk kakao, perbaikan rantai pasok yang berkelanjutan, dan insentif jasa ekosistem dari kakao berkelanjutan.