Baca Juga : Korban Tragedi Halloween Itaewon Bertambah

Tragedi itu terjadi ketika lautan orang yang mengenakan kostum dan topeng Halloween membanjiri distrik Itaewon.  Mereka saling berkerumun dan terinjak-injak. Orang-orang terjepit di dalam terowongan, sehingga petugas darurat tidak bisa mengeluarkan mereka dari kerumunan. Pihak berwenang mengatakan sebagian besar korban adalah wanita muda berusia 20-an.

Kisah horor bencana Halloween di Itaewon juga diungkap oleh tiga tentara Amerika Serikat (AS). Korban selamat dari bencana mengatakan mereka melihat orang-orang berjatuhan di gang yang curam di Itaewon.

Tentara AS termasuk di antara kerumunan, tetapi berhasil melarikan diri ke area samping.

Polisi Akui Keamanan Gagal

Polisi Korea Selatan telah mengakui bahwa mereka gagal memperkirakan jumlah orang yang meninggal selama perayaan Halloween yang menyebabkan tragedi di Itaewon selama akhir pekan. Pengakuan ini dibuat karena kritik terhadap polisi atas kegagalan mereka mencegah tragedi yang menewaskan banyak orang ini.

Seperti dilansir kantor berita Korea Selatan, Yonhap, pada Senin (31/10/2022), Kepala Biro Manajemen Ketertiban Umum pada Kepolisian Nasional Korea Selatan, Hong Ki-hyun, mengakui kegagalan polisi untuk memprediksi kejadian tersebut, insiden mematikan pada perayaan Halloween di distrik Itaewon, di jantung ibu kota Seoul pada Sabtu (29/10/2022) malam waktu setempat.

“Diperkirakan bahwa banyak orang akan berkumpul di sana. Tapi kami tidak menyangka akan adanya korban jiwa dalam skala besar akibat berkumpulnya begitu banyak orang,” katanya, Senin (31/10/2022) waktu setempat.

Hong menekankan bahwa kerumunan perayaan Halloween tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya atau sedikit lebih besar, meskipun tidak dikonfirmasi bahwa orang berkumpul lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya.

“Saya diberitahu bahwa polisi di lokasi kejadian tidak mendeteksi lonjakan massa secara tiba-tiba,” katanya.

Kesaksian Seperti Perang

Seorang saksi mata mengatakan, sebelum ricuh, masyarakat yang hadir memadati jalan-jalan sempit sehingga sulit untuk bergerak. Video yang tersebar di media sosial menunjukkan orang-orang melakukan kompresi peserta lain saat mereka berbaring di tanah sambil menunggu bantuan medis.

“Saya melihat orang-orang pergi ke sisi kiri dan saya melihat orang itu menuju ke sisi yang berlawanan. Jadi, orang yang di tengah macet, jadi tidak bisa berkomunikasi, tidak bisa bernapas,” katanya, Minggu (30/10/2022), dilansir CNN.

“Kami melihat adegan dari film… seperti hal-hal yang terjadi selama perang,” kata saksi Park Jung-Hoon (21).

“Mereka melakukan CPR di sana-sini dan orang-orang bergegas masuk karena tidak ada yang dikendalikan. Itu benar-benar di luar kendali,” tutupnya.