MAKASSAR – Sejak merger, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia (Persero) mencatat kinerja ekspor dengan pertumbuhan yang cukup positif, khususnya Regional 4 yang mengelola 22 pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Regional Head 4 Pelindo Enriany Muis mengatakan, pasca merger Pelindo melakukan berbagai upaya peningkatan kinerja, di antaranya melalui transformasi pelayanan yang serba digitalisasi.

Menurut Enriany, perubahan layanan khususnya operasional yang dilakukan pihaknya membawa dampak yang cukup positif dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi daerah.

Diketahui, akhir 2019 hingga awal 2022 lalu merupakan masa-masa sulit bagi dunia, termasuk Indonesia dan Sulawesi Selatan pada khususnya. Badai pandemi Covid-19 membuat perekonomian masyarakat di hampir seluruh belahan dunia mengalami kondisi yang lemah.

“Beruntung badai pandemi berlalu dan Pelindo merger dengan membawa cukup banyak perubahan yang berujung pada peningkatan ekonomi daerah,” kata Regional Head 4.

Sebagai BUMN yang bergerak dibidang jasa kepelabuhanan, Pelindo berusaha menjadi benteng ekonomi di masa pandemi dan lokomotif kemajuan di masa pemulihan ekonomi utamanya di wilayah Sulsel dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada umumnya.

Data yang ada menyebutkan bahwa sampai dengan triwulan III tahun ini, realisasi arus ekspor peti kemas Pelindo Regional 4 secara konsolidasi berada di angka 14.236 TEUs (Twenty-Foot Equivalent Unit, yaitu satuan kapasitas kargo). Sedangkan arus ekspor di TPK (Terminal Peti Kemas) Makassar saja mencapai 12.620 TEUs.

“Sementara itu arus ekspor non peti kemas Pelindo Regional 4 secara konsolidasi hingga triwulan III 2023 mencapai 491.557 ton per meter kubik. Khusus Pelabuhan Makassar yang merupakan pelabuhan terbesar dan menjadi hub di Indonesia Timur, arus ekspor non peti kemas mencapai 85.445 ton per meter kubik,” terang Enriany.