Makassar, Rakyat News – Konstalasi politik Partai Golkar (PG) mulai menghangat menyusul desakan Munaslub mengganti Ketua Umum (Ketum) Setya Novenato dari Dewan Pengurus Daerah (DPD) PG provinsi dan kabupaten/kota se Indonesia.

Nama yang santer disebut sebagai calon Ketum adalah Airlangga Hartarto, Idrus Marham, Titiek Soeharto dan Azis Syamsudin.

Berbeda dengan Airlangga Hartarto yang telah menggalang dukungan ke 34 DPD I, pihak Titiek Suharto nampak tenang mencermati situasi. Namun hari ini di hadapan 11 Ketua PG DPD II Provinsi NTT, Titiek Suharto menyatakan secara terbuka kesiapannya menjadi Ketum PG mengganti Setya Novanto.

Dari diskusi pengurus daerah dan Titiek Soeharto mencuat beberapa isu penting yang perlu menjadi perhatian bagi para calon Ketum DPP PG. Pertama, keengganan daerah untuk menjadi pengikut partai lain. Kedua, Pengurus Daerah menghendaki agar DPP PG tidak ditaktis oleh tokoh partai lain yang menjadikan PG sebagai ekor yang diatur sesuai keinginan penguasa. Ketiga, para pengurus daerah menghendaki PG sebagai partai yang mandiri, kokoh, dan mampu mengatur diri sendiri. Terakhir, mereka menghendaki perhatian DPP PG ke pengurus daerah. bukan malah membiarkan daerah berkembang tanpa arahan.

Mengamati situasi saat ini, DPP PG mesti membenahi diri. Seharusnya para calon Ketum DPP PG memperhatikan suara dan tuntutan daerah. Tidak semata mata menggantungkan diri pada penguasa. Seolah olah PG tidak akan eksis tanpa dukungan penguasa. Perlu diperhatikan bahwa PG seharusnya menjadi partner seimbang bagi penguasa.
Partai Golkar mendukung pemerintah namun seyogyanya tetap kritis terhadap kebijakan yg tidak berpihak kepada kepentingan rakyat banyak.

Partai Golkar harus berpacu dengan waktu. Setahun bukan waktu yang panjang untuk membenahi internal partai dan hubungan eksternal dengan pemilih dan konstituen.