RAKYAT.NEWS, BEKASI – Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menyesali sikap Kepala Sekolah SMPN 27 Kota Bekasi (Jajang) yang mengimbau guru di sekolah itu untuk ‘tutup mulut‘ terkait dugaan pungli.

“Padahal, kalau memang tidak ada isu dugaan Pungli, harusnya jelaskan saja, ya, kan, bukan membuat sekolah itu jelek, ya, malah untuk memperbaiki,” tutur Ubaid kepada Rakyat News, Sabtu (27/7/2024).

“Ada dugaan pungli, ya, dibongkar saja. Jadi, sekolah itu harus terbuka (isu tentang dugaan pungli) ya. Kan, sekolah yang punya rakyat,” imbuhnya.

“Mengapa, guru dilarang speak up? Ini, kan, bukan kurikulum penjajah,” ucapnya.

Dengan begitu, Ubaid menduga Jajang sebagai pimpinan di SMPN 27 Kota Bekasi menutupi hal lain dari publik.

Sebelumnya, Kepala Sekolah SMPN 27 Kota Bekasi, Jajang mengimbau para guru untuk tidak menejelaskan lebih dalam perihal pungli di lingkungan sekolah itu, Kamis (25/72024).

Sebelumnya, pada Kamis (25/72024), Mulyadi, warga Kelurahan Sumur Baru, Kecamatan Bantar Gebang, menceritakan dirinya yang diminta uang sekisar Rp1,5-2 juta oleh salah satu staf sekolah.

“Saya di WhatshApp dipangggil ke Sekolah, pas di sekolah dalam ruangan, saya sempat diminta uang untuk melengakapi administrasi ke Dinas Pendidikan Kota Bekasi,” ungkapnya.

Hal itu memicu respons warga lainnya yang setidaknya berjumlah 20 orang dengan mendatangi SMPN 27 Bekasi. Mereka pun berbondong-bondong meminta kejelasan terkait kelanjutan proses anak mereka yang diterima sebagai siswa sekolah itu.

Namun, hal itu mendapat respons singkat dari Jajang. “Ini bagian informasi buat saya, adapun ada dugaan (Pungli penerimaan Peserta Didik), saya akan bina,” ujarnya

“(Staf guru) mengikuti apa kata saya,” lanjutnya

Akhirnya, Jajang meninggalkan warga di ruangan pertemuan sekolah, dengan alasan ada kunjungan tamu kedinasan. Sehingga, mereka masih menunggu kepastian terkait kejelasan anak mereka di SMPN 27 Bekasi.