Mahasiswa kemudian mencoba mencari tahu alasan di balik penurunan spanduk kritik tersebut. Menurut informasi yang diterima dari dekanat, penurunan spanduk terkait kunjungan donatur ke FH UGM.

“Gedung B adalah bagian dari gedung yang menerima bantuan pendonor yang minggu ini seluruh gedung akan divisitasi oleh pendonor. Dekan kemudian memberikan izin banner dipindahkan ke gedung lain yang tidak ada kaitannya dengan (program) donor,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa para mahasiswa hingga saat ini tidak menerima tekanan langsung dari kampus terkait pemasangan spanduk kritik ini.

Namun, beberapa dosen yang mendukung gerakan mahasiswa juga mempertanyakan alasan di balik penurunan spanduk tersebut.

Dosen Hukum Tata Negara FH UGM, Herlambang Wiratraman mengaku belum mengetahui detail penurunan spanduk tersebut.

Namun, dia menyatakan kekecewaannya jika benar spanduk diturunkan karena tekanan kampus.

“Yang jelas, bila ini benar, tekanan ini menunjukkan UGM belum bisa melepaskan tekanan politik kekuasaan terhadap kampus, dan jelas bertentangan dengan jaminan kebebasan akademik, kebebasan menyampaikan pendapat,” kata Herlambang saat dihubungi.

Sementara itu, Sekretaris Universitas UGM, Andi Sandi Antonius membantah keterlibatan rektorat dalam penurunan spanduk tersebut.

Dia juga menolak klaim bahwa rektor telah memberikan tekanan kepada dekan FH terkait kunjungan kerja Jokowi.

“Mboten (tidak benar), mas,” kata Andi Sandi saat dihubungi.

Menurut Andi Sandi, penurunan spanduk dilakukan oleh jajaran dekanat FH sendiri.

Alasannya, karena saat itu ada kunjungan donatur pembangunan gedung.

“Sampun (sudah) disampaikan dekan sebenarnya alasannya (kepada mahasiswa) dan tidak ada hubungannya dengan kunjungan RI 1 [Jokowi],” kata dia.

“Penurunan itu bukan berarti tidak boleh dipasang atau mengungkapkan pendapat namun hanya penempatannya saja. FH tetap membolehkan memasang di lingkungan FH, meskipun tempatnya tidak di tempat semula,” sambung Andi Sandi.