RAKYAT NEWS, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dikabarkan mulai merasa kesal dengan tindakan militer Israel yang terus menyerang Gaza dan mengakibatkan korban jiwa di kalangan warga sipil serta pekerja kemanusiaan dari berbagai lembaga, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Rasa kesal ini disampaikan oleh Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Senin (16/9/2024).

Thomas-Greenfield mengungkapkan bahwa banyak serangan militer Israel dalam beberapa minggu terakhir yang merugikan atau merenggut nyawa personel PBB dan pekerja kemanusiaan seharusnya dapat dihindari.

Ia juga menegaskan lagi kepada anggota dewan bahwa AS akan terus menekankan perlunya Israel memfasilitasi operasi kemanusiaan di wilayah Palestina dan melindungi pekerja kemanusiaan serta fasilitas seperti tempat penampungan UNRWA.

Thomas-Greenfield juga mempertegas “kemarahan” AS terhadap kematian aktivis Turki-Amerika, Aysenur Eygi, yang menjadi korban penembakan dan tewas saat mengikuti protes di Tepi Barat pekan lalu.

Pasukan Pertahanan Israel menyatakan kemungkinan besar mereka menembak Eygi secara tidak sengaja, dan pemerintah telah memulai penyelidikan pidana terkait insiden tersebut.

“IDF adalah unit militer yang profesional dan paham betul bagaimana menghindari terjadinya insiden semacam ini,” kata utusan AS tersebut, seperti yang dikutip dari Associated Press.

Thomas-Greenfield menyampaikan harapan AS agar pemimpin militer Israel dapat melakukan “perubahan mendasar” dalam operasi mereka, termasuk dalam hal aturan keterlibatan dan prosedur guna memastikan bahwa operasi militer tidak melanggar prinsip kemanusiaan serta tidak menyasar sekolah dan fasilitas sipil lainnya.

“Kami juga telah dengan tegas mengomunikasikan kepada Israel bahwa tidak ada dasar – sama sekali tidak ada – bagi pasukannya untuk melepaskan tembakan ke kendaraan PBB yang ditandai dengan jelas seperti yang baru-baru ini terjadi pada banyak kesempatan,” kata Thomas-Greenfield.

Israel sudah berkali-kali menegaskan bahwa target mereka adalah militan Hamas, yang sering bersembunyi di antara warga sipil dan menggunakan mereka sebagai perisai hidup, sebagai respons atas serangan pada 7 Oktober di Israel selatan yang menyebabkan sekitar 1.200 kematian dan memicu konflik di Gaza.

Banyak anggota dewan menyoroti serangan Israel terhadap bekas sekolah pekan lalu, yang telah diubah menjadi tempat pengungsian untuk warga sipil yang dikelola oleh UNRWA, badan bantuan pengungsi Palestina.

Enam staf UNRWA termasuk di antara sekurang-kurangnya 18 korban tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.

Israel menyatakan bahwa mereka mengincar pusat komando dan kendali Hamas di kompleks tersebut. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menegaskan pada Senin bahwa anggota militer Hamas terbunuh dalam serangan tersebut.

Ia menyebutkan empat nama dan mengklaim kepada dewan bahwa mereka bekerja untuk UNRWA pada siang hari dan Hamas pada malam hari.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah menyerukan penyelidikan independen terkait insiden tersebut.

Lebih dari 41.000 warga Palestina sudah kehilangan nyawanya selama serangan Israel. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel tidak mengenal selisih antara warga sipil dan anggota Hamas.