Dari sisi pertahanan dan keamanan, Indonesia telah mampu meningkatkan nilai Minimum Essential Force (MEF) dari 62,3% pada tahun 2020 menjadi 65,45% pada tahun 2023.

Skor Global Cyber Security Indonesia juga mengalami kenaikan dari 0,776 pada tahun 2020 menjadi 0,948 pada tahun 2022.

Hal ini memengaruhi Indeks Citra Indonesia di mata internasional yang naik dari 3,82 pada tahun 2020 menjadi 4,07 pada tahun 2023.

“Namun demikian, kita tentu harus tetap waspada. Indonesia Emas bukan sesuatu yang akan datang begitu saja. Kita perlu menyadari bahwa tantangan global pada 2045 tentu sangat berbeda dengan tantangan saat ini,” kata Menko Polhukam Hadi Tjahjanto.

Sementara itu, Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, kemajukan bangsa bisa jadi sumber perpecahan atau konflik sosial jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karenanya, kampus memberikan ruang diskusi terbuka untuk menyampaikan pandangannya melalui koridor akademik.

“Kampus juga mendorong kebebasan berekspresi yang bisa dilakukan di luar kampus yang berdampak luas, namun harus tetap berada dalam koridor etik serta mempertimbangkan hak asasi manusia,” kata Ova.

“Universitas Gadjah Mada berkomitmen mewujudkan pendidikan yang transdisiplin, tidak lagi terkotak-kotak dalan dinding yang tinggi. Pendidikan inklusif, toleran dan terbuka juga mampu menghasilkan generasi yang unggul, lincah dan adaptif yang selaras dengan prinsip Indonesia Emas,” sambungnya.

Hadir dalam kegiatan ini Plt. Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam Janedjri M. Gaffar, Ketua Senat Akademik UGM Prof. Sulistiyowati, Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof. M. Baiquni, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Alumni UGM Arie Sujito, Sekretaris Senat Akademik UGM Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, Sekretaris Dewan Guru Besar UGM Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, Asdep Koordinasi Wawasan Kebangsaan Kemenko Polhukam Cecep Agus Supriyanta, dan Asdep Koordinasi Kesadaran Bela Negara Kemenko Polhukam Marsma TNI Andi M. Amran Rasyid.