RAKYAT NEWS, JAKARTA – Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, menyebutkan bahwa Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, adalah menteri favorit dari presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Hashim, saudara kandung Prabowo, dalam acara Rakernas ke-20 Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) di Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9/2024).

Hashim menyatakan bahwa Amran disayangi oleh Prabowo karena berhasil mengubah pertanian tradisional menjadi pertanian modern.

“Saya bisa bersaksi kalau Pak Amran, Pak Menteri ini adalah paling disayangi Pak Prabowo Subianto saat ini. Paling disayangi dan akan lebih banyak disayangi nanti kalau kita jadi pengekspor pangan, Pak Amran. Ini program luar biasa, itu dengan teknologi dan lain-lain luar biasa,” ujar Hashim dalam siaran pers Kementerian Pertanian, Minggu (29/9/2024).

Pada kesempatan tersebut, Hashim optimis bahwa Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo dapat mencapai keswasembadaan pangan seperti pada masa Orde Baru.

“Pada tahun 1985, Indonesia eksportir beras, antara lain ke Vietnam. Indonesia membantu negara itu dengan ratusan ribu ton beras. Tahun 1985, tahun 1986, Vietnam mau kembalikan pinjaman beras. Indonesia kelebihan beras, Bulog itu kemudian penuh dengan beras. So, nanti kalau Indonesia kelebihan beras, Pak, saya menawarkan jasa saya ke Bapak, kita ekspor ke negara-negara lain,” ujar Hashim.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Amran mengajak pengusaha Tionghoa untuk mendukung berbagai program pemerintah terkait sektor pangan, seperti program cetak sawah 3 juta hektar, klaster pertanian modern, dan penguatan program makanan bergizi gratis yang akan diimplementasikan oleh pemerintahan Prabowo.

Amran menyatakan bahwa berbagai program tersebut dapat menjadikan Indonesia sebagai negara adidaya dunia.

“Khusus cetak sawah, kalau ini kita lakukan, maka hasilnya sudah pasti akan kelihatan. Bapak/Ibu, perkalian sederhana, kalau 3 juta jadi kenyataan produksi 5 ton saja apalagi 10 ton per hektar hasilnya 30 juta ton. Dan kalau itu bisa kita lakukan, kita bisa ekspor 4 sampai 5 juta ton,” kata Amran.

Amran juga mengungkapkan bahwa saat ini program pembangunan klaster modern sedang dilakukan di Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, hingga Kalimantan Barat.