Diedisi awal dimulai, Makhfud mengajak bergabung Gener Wakulu dan Jery Toisa, kantor menempati ruko pinjaman kawan mereka, dr Priyanto Sismadi samping RS Harun, Kalimalang, Jakarta Timur. Oplahnya 3.000 eks saat itu.

Setelah terbit dua edisi, Lionmag pindah ke ruko di Jalan RS Fatmawati. Personilnya tambah tiga menjadi enam orang. Dibantu beberapa staf. Disini kurang lebih setahun. Lalu pindah ke bekas kantor Lion Air di Jl.Teuku Cik Di Tiro 77, Gondangdia, yang disulap sebagai kantor redaksi, pemasaran dan layouter/desainer.

Dari kantor di kawasan Menteng inilah Lionmag berkembang pesat. Memperluas sayap bisnis. Melakukan hilirisasi. Lahirlah seperti Batik Air, Wings Air, majalah inflight anak “Cubbo”. Tak berselang lama, terbit majalah “Eat and Leisure”. Namun keduanya hanya bertahan setahun.

Pada masa itu, Lionmag banyak disupport oleh para fotographer kolega Makhfud. Beberapa kontributor mengisi konten dan foto-foto dari para fotografer profesional. Seperti Ed Zoelverdi (alm), mantan jurnalis foto majalah TEMPO yang dikenal dengan julukan “Mat Kodak”, Paul I.Zacharia, Barry Kusuma, dan lainnya.

Diakui Makhfud tantangan terberat yang dialami Lionmag terjadi saat badai covid-19 menerjang Indonesia. Pada 2020-2023. Masa itu maskapai sepi penumpang. Bandara sunyi. Juga berimbas pada distribusi majalah, penumpang drop drastis, maskapai tidak beroperasi. Bahkan ada majalah sejenis maskapai lain berhenti terbit. “Alhamdulilah kami tetap terbit saat masa covid,” cerita Makhfud yang juga chief in editor Lionmag.

Sejak pasca covid tersebut, manajemen Lionmag berbenah. Evaluasi. Dan melakukan perubahan yang fundamental. Hal itu dilakukan sebagai jawaban atas perubahan trend bisnis dan perilaku pembaca.

Lionmag lantas mengubah logonya pada 2021. Momentum itu sekaligus menandai era transformasi di tubuh majalah dengan angka readership mencapai 2 juta penumpang setiap bulan ini.