RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Selama 24 tahun berdiri, Universitas Indonesia TImur (UIT) telah mencetak 30 ribu alumni yang unggul di bidangnya. Sepanjang itu pula, salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbesar di Indonesia Timur ini mempertahankan komitmen yang sejalan dengan Higher Education Long Term Strategy (HELTS).

Dengan visi “Menjadi Perguruan Tinggi yang Unggul dalam Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Berbasis Informasi serta Berdaya Saing Global” UIT telah menerjemahkannya dalam Rencana Strategis dan Rencana Operasional. Dengan itu, padai tahun 2025 ini, UIT kembali mencetak 643 lulusan terbaik.

Meski begitu, data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilaporkan 5 November 2025 menunjukkan, tingkat pengangguran lulusan kampus (D-IV, S1, S2, S3) mencapai 5,39 persen. Data ini didasarkan pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau indikator untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.

Menurut pengamat ekonomi dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, persoalan ini merupakan imbas perlambatan ekonomi di Indonesia sejak 2020 akibat Covid-19, dan berdampak pada 88% perusahaan (Survei Kementerian Ketenagakerjaan).

Di awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, penciptaan 19 juta lapangan kerja dinarasikan sebagai prioritas utama bagi generasi muda. Namun, setelah 1 tahun kepemimpinannya, harapan itu masih terasa sulit digapai dengan realitas pasar tenaga kerja yang semakin ketat.

Menghadapi persoalan ini, Yayasan Indonesia Timur optimis untuk tetap mempertahankan kualitas lulusan berdaya saing di dunia kerja.

“Tidak terpengaruh kita. Alumni kita hebat semua,” ujar Ketua Yayasan Indonesia Timur, H. Haruna, kepada Rakyat News. Minggu, 21 Desember 2025.

“‎Pengangguran (kita) sedikit…60-70 persen bekerja. Paling pengangguran (sekitar) 20 persen. Itupun (masih) optimis,” lanjutnya.