Tidak hanya itu, PAFI juga memberikan edukasi terkait gejala awal DBD kepada masyarakat, termasuk mengenali tanda-tanda seperti demam tinggi yang tiba-tiba, nyeri otot, dan bintik-bintik merah pada kulit. Edukasi dini ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan mendorong masyarakat untuk segera mencari perawatan medis jika mengalami gejala tersebut. Dengan begitu, diagnosis dan pengobatan dapat dilakukan lebih cepat, yang merupakan salah satu faktor penting dalam menangani kasus DBD. Keterlibatan para apoteker dalam memberikan informasi dan mengedukasi masyarakat tentang gejala serta pencegahan juga menjadi kontribusi besar dari PAFI Kutai Barat dalam menjaga kesehatan masyarakat.

Di samping itu, kampanye kesehatan yang dilakukan oleh PAFI Kutai Barat juga menjangkau generasi muda, terutama mahasiswa farmasi dan tenaga kesehatan lainnya. Melalui serangkaian seminar dan pelatihan, mereka diajarkan tentang pentingnya peran aktif dalam menyosialisasikan informasi terkait DBD di masyarakat. Edukasi semacam ini tidak hanya berguna bagi mereka secara pribadi, tetapi juga memberikan bekal untuk menjadi agen perubahan yang berperan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Para mahasiswa farmasi, misalnya, diajak untuk memahami peran farmasi dalam memitigasi penyebaran DBD serta bagaimana cara berkomunikasi dengan masyarakat dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang tepat.

Dengan berbagai langkah ini, PAFI Kutai Barat menunjukkan bahwa penanggulangan DBD bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau tenaga kesehatan, tetapi merupakan kolaborasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

YouTube player