Makassar, Rakyat News – Genderang pertarungan pada Pilgub Sulsel 2018 telah ditabuh. Kontestasi politik itu tidak sebatas menentukan pemimpin, tapi juga arah perekonomian dan pembangunan. Dibutuhkan sosok pemimpin tegas, merakyat dan religius guna memastikan masyarakat Sulsel lebih makmur dan sejahtera. Segala kriteria itu hanya mampu dipenuhi oleh pasangan Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz).

Mantan Gubernur Sulsel, Mayjen TNI (Purn) Amin Syam, mengatakan NH-Aziz ibarat cahaya penerang yang akan membawa Sulsel lebih ‘berkilau’. Pasangan nasionalis-religius itu sangat ideal dan memiliki konsep matang. Dari empat kandidat, ia percaya hanya NH-Aziz yang mampu mengatasi sederet problematika klasik Sulsel yang tidak kunjung tuntas. Kecerdasan dan jaringan luas di level nasional menjadi garansinya.

“Saya tidak sembarang mendukung orang! Saya sudah merenungkan dan menganalisa terlebih dulu. Hingga sampai pada kesimpulan mendukung NH-Aziz. Itu final. Pasangan ini ibarat lampu yang terang, hanya NH-Aziz yang mempunyai cahaya untuk mensejahterakan masyarakat Sulsel,” kata Amin yang juga mantan Bupati Enrekang.

Totalitas dukungan Amin tidak perlu diragukan. Sesepuh Golkar itu rela ‘turun gunung’ dan menjadi ‘panglima perang’ pasangan dengan slogan Sulsel Baru. Itu dibuktikan dengan setia mendampingi NH-Aziz dalam berbagai safari politik. Seluruh simpul dan basis suara purnawirawan jenderal bintang dua itu siap digerakkan. Termasuk simpul keluarga, dimana sang istri, Hj Apiaty dan sang anak, Imran Tenri Tata, juga ikut terlibat.

Amin tergerak mendukung NH-Aziz karena memiliki karakter dan konsep matang. Kolobarasi kedua tokoh nasional itu sangat ideal. Hebatnya lagi, itu berhasil dituangkan dalam program komplit pro-rakyat. Semuanya terangkum dalam konsep Tri Karya Pembangunan. “Konsep itu hanya bisa dihasilkan orang cerdas. Saya percaya konsep itu mampu mengatasi seluruh permasalahan di Sulsel,” tuturnya.

Tidak cuma bermodal konsep, Amin memuji karakter NH-Aziz yang tidak dimiliki kandidat lain. Khusus NH, ia menyebut Ketua Harian DPP Golkar itu adalah sosok santun, berakhlak mulia dan sangat menghargai orang tua serta menyayangi sesama. Ditambah lagi, mantan Ketua PSSI itu dikenal pemberani. Sedangkan Aziz tidak perlu diragukan merupakan sosok religius dan sangat berintegritas.

“Saya tahu betul NH, sudah seperti adik. Sekitar 16 tahun saya memimpin beliau jadi tahu anatomi dan kemampuannya. Dengan pengalaman saya, mulai jadi bupati, ketua DPRD hingga jadi gubernur, saya bisa menjadi jaminan kalau dia (NH) adalah orang yang sangat tepat. Apalagi, didampingi oleh Aziz, sosok yang sangat berintegritas,” papar Amin yang tercatat sebagai Gubernur Sulsel ke-6.

Nurdin Halid mengapresiasi besarnya gelombang dukungan masyarakat, termasuk tokoh-tokoh berpengaruh demi kemenangan pada Pilgub Sulsel 2018. Dukungan itu menjadi motivasi bagi NH-Aziz dalam berjuang mewujudkan Sulsel Baru. Tidak lupa, ia mengingatkan agar soliditas mesin pemenangan yang terdiri dari parpol, tokoh, relawan dan simpatisan tetap dipelihara dengan baik.

NH-Aziz memiliki gerbong terbesar dengan mengantongi 35 kursi parlemen dari lima parpol pengusung. Kandidat yang dikenal dengan program bangun kampung itu didukung oleh ratusan legislator dan 14 bupati/wali kota serta 15 wakil bupati/wakil wali kota. Ditambah lagi sederet tokoh berpengaruh, mulai Amin Syam hingga Aksa Mahmud. Relawan dan simpatisan NH-Aziz pun tersebar di seluruh daerah.

NH menegaskan konsep Tri Karya Pembangunan yang dituangkan dalam program pro-rakyat bukanlah janji semu. Gerakan membangun di kampung berikut layanan kesehatan gratis berbasis KTP serta program pendidikan dan fasilitas sekolah gratis pasti direalisasikannya. Itu semua sudah dihitung, dimana pihaknya tidak hanya mengandalkan APBD, tapi menarik APBN dan dana investor.

“Bersama Aziz, saya memilih pulang kampung untuk mengabdi mewujudkan Sulsel Baru. Sulsel yang lebih sejahtera, Sulsel yang tidak lagi dipenuhi ketimpangan ekonomi dan pembangunan antara desa dan kota. Semuanya harus tumbuh bersama,” pungkas Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) itu. (***)