RAKYAT NEWS, MAKASSAR – Kekerasan terhadap perempuan dan anak masih merupakan permasalahan yang serius di Indonesia.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengungkap pola asuh yang tidak terarah sebagai salah satu penyebab kekerasan terhadap perempuan dan anak. Pengaruh media sosial juga dapat memperburuk kondisi ini.

“Karena pola asuh dalam keluarga yang mungkin, dalam tanda petik, kurang fokus atau kurang terarah, yang kedua adalah faktor dari media sosial,” kata Arifah dalam Peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Sudirman, Jakarta, Minggu (8/12/2024).

Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian PPPA telah menciptakan Ruang Bersama Merah Putih. Inisiatif ini menyediakan permainan tradisional untuk anak-anak guna mengurangi penggunaan smartphone.

“Permainan tradisional punya filosofi tinggi. Permainan ini tidak dilakukan sendiri, tetapi bersama dalam kelompok,” ucapnya.

Arifah berharap langkah-langkah ini akan meningkatkan kesadaran bersama dan mengurangi kasus kekerasan di masa mendatang.

Berdasarkan survei nasional, kata dia, terdapat satu dari empat perempuan Indonesia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual.

“Survei pengalaman hidup perempuan nasional tahun 2024 menunjukkan satu dari empat perempuan Indonesia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual,” katanya.

Angka ini mencerminkan betapa besarnya masalah kekerasan terhadap perempuan. Arifah menekankan pentingnya keberanian perempuan dalam berbicara dan bertindak berdasarkan data tersebut.

Pemerintah telah menyediakan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual sebagai payung hukum untuk mendukung korban. Arifah yakin bahwa regulasi ini akan mendorong lebih banyak perempuan untuk berbagi pengalaman mereka.

“Kampanye Dare to Speak Up hadir untuk menguatkan perempuan dan mengingatkan mereka bahwa mereka tidak sendiri,” ujarnya.