Namun, lonjakan harga besar tidak diantisipasi karena importir Uni Eropa telah bersiap menghadapi situasi ini.

“Lonjakan harga besar seperti yang terlihat selama pemotongan pasokan Rusia sebelumnya tidak mungkin karena importir Uni Eropa telah lama bersiap untuk (skenario) ini,” katanya kepada CNN. Ia menambahkan, sebagian besar Eropa telah memiliki awal musim dingin yang ringan.

Uni Eropa telah bekerja dengan negara lain selama lebih dari satu tahun untuk mengantisipasi berakhirnya Transit Deal, kata juru bicara Komisi Eropa kepada CNN.

“Infrastruktur gas Eropa cukup fleksibel untuk menyediakan gas yang berasal dari non-Rusia ke (Eropa tengah dan timur) melalui rute alternatif,” kata juru bicara itu.

“Ini telah diperkuat dengan kapasitas impor baru (gas alam cair) yang signifikan sejak 2022.”

“Kami mengerjakan pekerjaan rumah kami dan siap untuk skenario ini,” kata Menteri Energi Austria Leonore Gewessler dalam sebuah pernyataan di aplikasi X, Rabu pagi, sambil menambahkan perusahaan energi negara itu telah mencari pemasok baru non-Rusia.

Namun, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico mengatakan pada hari Rabu bahwa penghentian aliran gas Rusia melalui Ukraina akan berdampak “drastis” pada Uni Eropa, tetapi tidak pada Rusia. Fico menegaskan akhir Transit Deal akan meningkatkan harga gas dan listrik di Eropa.

Sebelum Rusia meluncurkan invasi penuh ke Ukraina pada tahun 2022, Rusia adalah pemasok gas alam terbesar Uni Eropa. Blok tersebut telah mengurangi impor gas pipanya dari Rusia sebesar lebih dari 40% pada 2021 dan menjadi sekitar 8% pada 2023, menurut Dewan Eropa.