OJK Dorong Pasar Modal indonesia Dukung Program Strategis Pemerintah
RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong Pasar Modal Indonesia untuk lebih aktif mendukung program-program strategis pemerintah dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui berbagai inisiatif yang telah disusun.
Dalam pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menegaskan fokus Pasar Modal Indonesia pada penguatan pasar modal dengan menekankan peningkatan kedalaman pasar dan kualitas perusahaan tercatat.
Langkah strategis ini mencakup peningkatan jumlah saham yang diperdagangkan serta dorongan kepada perusahaan besar agar terdaftar di bursa efek.
Selain itu, upaya juga difokuskan pada peningkatan regulasi dan efisiensi sistem Penawaran Umum untuk menciptakan transparansi yang lebih baik.
Program lainnya termasuk Pengembangan Produk, Infrastruktur, dan Layanan Baru yang melibatkan investor institusi dalam pasar perdana dan sekunder di Pasar Modal.
OJK juga mendorong penggunaan Efek Beragunan Aset (EBA) untuk mendukung program pembangunan 3 juta rumah di Indonesia.
“Untuk itu, kami siap mendorong sinergi untuk memperkuat skema dan ekosistem EBA,” kata Mahendra.
Di samping itu, Pasar Modal Indonesia akan memperkenalkan produk baru, memanfaatkan produk pasar modal yang sudah ada seperti bursa karbon dan produk berkelanjutan, serta memperbaiki infrastruktur dan layanan transaksi efek.
Penguatan Anggota Bursa dan Manajer Investasi (MI) menjadi fokus utama dengan peningkatan kapasitas, tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan. Hal ini bertujuan agar anggota bursa dan MI dapat memperluas penetrasi produk pasar modal dan memberikan perlindungan kepada investor.
Dalam mendukung upaya ini, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan dukungan untuk pengembangan Pasar Modal Indonesia, terutama dalam pendalaman pasar melalui edukasi dan peningkatan literasi keuangan masyarakat.
“Jual beli saham sekarang seharusnya ini sudah mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi tapi bahkan di tingkat sekolah dasar sehingga mereka menjadi getting familiar with dengan bursa efek,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menyampaikan dukungan pemerintah terhadap pasar modal Indonesia melalui peningkatan kerangka regulasi di sektor keuangan dan implementasi peraturan tentang pajak karbon serta batas emisi sektoral untuk mendorong pengembangan bursa karbon.
“Kami akan bekerjasama dengan para menteri-menteri terkait untuk bisa menyelesaikan produk turunan P2SK dan pengaturan sektor keuangan yang makin baik, makin memberikan ruang untuk berinovasi, berkreasi namun juga bertanggung jawab tetap menjaga governance basic dari principle pengelolaan korporasi dan bursa yang baik,” tegas Sri Mulyani.
Kinerja Pasar Modal
Per 30 Desember 2024, meskipun IHSG berada di posisi 7.079,91 poin atau secara year to date melemah sebesar -2,65%, namun nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp12,33 ribu triliun atau secara ytd tumbuh sebesar 5,74%. Di pasar obligasi, ICBI tumbuh 4,82% ytd, menjadi 392,66.
Dari sisi penghimpunan dana di Pasar Modal, dana yang dihimpun melalui Penawaran Umum sampai 31 Desember 2024 mencapai Rp259,24 triliun, dengan jumlah emiten baru sebanyak 43 Emiten. Kinerja Reksa Dana dari sisi Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp840,6 triliun atau meningkat sebesar 1,44 persen ytd. Penghimpunan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) mencapai Rp1,35 Triliun, melalui 16 platform penyelenggara SCF yang berhasil dimanfaatkan oleh 708 pelaku UKM.
Capaian besar terjadi dari sisi pertumbuhan jumlah Single Investor Identification (SID) yang berhasil mencapai 14,8 juta SID, atau meningkat 22,21 persen ytd dan melebihi target pencapaian SID pada tahun 2024, di mana mayoritasnya didominasi oleh investor berusia di bawah 40 tahun, yakni sebesar 79 persen dari total SID.
Perdagangan Bursa Karbon per 30 Desember 2024 volume transaksinya tercatat mencapai 908 ribu ton CO2 ekuivalen, dengan total nilai transaksi akumulasi mencapai Rp50,64 miliar sejak diluncurkan pada 26 September 2023 lalu. Hingga saat ini, sebanyak 100 perusahaan telah berpartisipasi sebagai pengguna jasa, dengan total unit karbon tersedia masih tersedia lebih dari 1,35 juta ton CO2 ekuivalen.
OJK akan terus memantau perkembangan global dan domestik, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan