RAKYAT NEWS, JAKARTA – Ekonom yang juga eks Staf Khusus Menteri Keuangan Masyita Crystallin telah mengingatkan pemerintah tentang dampak kebijakan American First terhadap ekonomi Indonesia.

“Kebijakan proteksionisme AS turut memengaruhi perekonomian Indonesia, terutama karena posisi Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbuka yang sangat bergantung pada perdagangan internasional. Peningkatan tarif impor AS dapat mengurangi daya saing produk ekspor Indonesia, terutama di sektor manufaktur dan tekstil, yang selama ini menjadi andalan untuk pasar global,” kata Masyita dalam keterangannya, dikutip Selasa (28/1/2025).

Masyita juga menyampaikan kekhawatiran mengenai dampak kebijakan tersebut terhadap ekonomi domestik. Menurutnya, kebijakan tersebut berpotensi menimbulkan ketidakstabilan harga komoditas global.

“Indonesia, yang merupakan eksportir utama komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan karet, dapat terdampak oleh fluktuasi harga yang tajam akibat perang dagang global. Penurunan harga komoditas akan berimplikasi pada menurunnya pendapatan negara dari sektor ini, sekaligus mengurangi daya beli masyarakat di wilayah penghasil komoditas,” jelasnya.

Disebaliknya, langkah-langkah negara mitra dagang AS untuk melindungi ekonomi domestik mereka dapat menyulitkan akses produk Indonesia ke pasar internasional.

Sebagai contoh, kebijakan anti-dumping atau hambatan non-tarif yang diterapkan oleh mitra dagang utama seperti Uni Eropa dan China dapat mempersempit peluang ekspor Indonesia.

“Kebijakan American First yang diusung oleh Presiden Donald Trump sejak awal kepemimpinannya memunculkan kekhawatiran tidak hanya di kalangan seteru utama AS seperti China, tetapi juga di antara negara-negara sekutu seperti Uni Eropa (UE), Jepang, dan Korea Selatan,” terangnya.

Keberlanjutan narasi nasionalisme ekonomi tersebut berpotensi memicu eskalasi perang dagang yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi global.

Salah satu kebijakan utama yang diantisipasi adalah penerapan tarif impor hingga 25 persen untuk barang yang masuk ke AS, termasuk tarif khusus hingga 60 persen untuk barang asal China.