Lentera 29 Ramadhan: Puasa dan Pemberantasan Korupsi
PENULIS: SYAMRIL, DIREKTUR SEKOLAH ISLAM ATHIRAH
Seorang polisi sangat kaget melihat pencuri yang ditangkapnya shalat di dalam tahanan. Dia bertanya ke pencuri “bapak kok shalat padahal pencuri?” Apa jawaban pencuri “shalat itu ibadah mencuri itu pekerjaan”. Itu cerita Prof. Hamdan Juhannis pada ceramah di Wisma Kalla beberapa tahun lalu.
Apa yang aneh dari jawaban pencuri itu? Dia merasa wajar saja karena dia memisahkan antara ibadah dan pekerjaan. Pekerjaan boleh apa saja baik halal atau haram yang penting jangan lupa shalat. Urusan pekerjaan tidak ada hubungan dengan Allah. Jadi kerja dan ibadah sesuatu yang terpisah.
Sepertinya cerita di atas hanya fiktif dan tidak mungkin terjadi. Anda salah. Ini banyak terjadi dalam kehidupan kita dalam nuansa yang sama. Seorang teman bercerita saat temannya yang pengusaha mengurus ijin usaha ke sebuah instansi. Terjadi negosiasi pembayaran sogokan dengan salah seorang pejabatnya. Tiba-tiba terdengar adzan. Si pejabat berkata “kita shalat dulu pak. Setelah shalat kita lanjutkan”.
Mereka pun menuju masjid untuk shalat dan setelah selesai lanjut lagi negosiasinya. Si pengusaha ini bingung juga. Kok bisa ya orangnya rajin shalat tapi juga suka terima sogokan. Suka korupsi. Pemahaman si pejabat mirip dengan si pencuri. Bahwa shalat itu ibadah, negosiasi sogokan itu pekerjaan.
Seolah-olah ruang dan waktu kehidupan tersekat. Saat di tempat kerja secara terbuka membahas rencana manipulasi dan tindakan yang tidak sesuai ajaran agama. Tidak masalah yang penting menguntungkan.
Saat di masjid tiba-tiba berubah menjadi sangat khusyu dalam zikir dan shalat, membaca Al Qur’an, menyimak ceramah. Apalagi di bulan ramadhan. Orang yang melihat di masjid tidak akan menyangka kalau di luar masjid membahas rencana yang tidak sesuai ajaran agama.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan