RAKYAT NEWS, JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ungkap kendala yang dialami oleh petugas untuk evakuasi korban gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 M di Myanmar adalah kekurangan pasokan medis dan gangguan telekomunikasi.

Laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, atau OCHA, yang dikutip oleh AFP pada Sabtu (29/3/2025) menyatakan hal tersebut.

“Seiring dengan bencana yang terjadi, diperlukan bantuan kemanusiaan yang mendesak untuk mendukung mereka yang terkena dampak,” demikian laporan OCHA.

“Kekurangan pasokan medis yang parah menghambat upaya tanggap darurat, termasuk kantong darah, obat-obatan hingga tenda untuk petugas kesehatan.”

Selain itu, OCHA mencatat bahwa rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya telah mengalami kerusakan yang serius bahkan ada yang hancur total.

“Gangguan telekomunikasi dan internet menghambat komunikasi dan operasi kemanusiaan. Jalan yang rusak dan puing-puing menghalangi akses kemanusiaan dan mempersulit assessment kebutuhan upaya tanggap darurat,” demikian laporan OCHA.

OCHA juga menyebutkan bahwa koordinasi sedang dilakukan untuk meningkatkan respons darurat. Pasca gempa bumi, banyak rumah hancur dan infrastruktur penting mengalami kerusakan yang cukup parah.

“Ribuah orang menghabiskan malam di jalan atau ruang terbuka karena kerusakan dan kehancuran rumah, takut terhadap gempa susulan,” demikian laporan OCHA.

Di beberapa area seperti Mandalay, Magway, dan ibu kota Naypyidaw di Myanmar, rumah sakit berjuang untuk merawat korban yang terluka. Sementara itu, di bagian selatan negara bagian Shan, masyarakat memerlukan pakaian, selimut, dan bantuan makanan.

Dalam update terbarunya, OCHA mengumumkan bahwa 17 truk kargo yang membawa bantuan dari China diperkirakan akan tiba besok. Bantuan tersebut meliputi tempat penampungan sementara dan persediaan medis.