Wasiat Paus Fransiskus: Pemakaman Sederhana hingga Dimakamkan di Luar Vatikan
RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Paus Fransiskus akan menjadi pemimpin Gereja Katolik pertama dalam lebih dari satu abad terakhir yang dimakamkan di luar wilayah Vatikan. Otoritas Vatikan mengonfirmasi bahwa mendiang Paus akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, sesuai dengan permintaan pribadinya.
Dilansir dari Reuters, keinginan tersebut telah disampaikan Paus Fransiskus sejak tahun lalu. Basilika Santa Maria Maggiore merupakan salah satu gereja favorit Paus Fransiskus, tempat ia kerap singgah untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan perjalanan ke luar negeri.
Sebelum Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik terakhir yang dimakamkan di luar Vatikan adalah Paus Leo XIII pada tahun 1903, yang dikebumikan di Basilika St. Yohanes Lateran, juga di Roma.
Tak hanya lokasi pemakaman yang berbeda dari tradisi, Paus Fransiskus juga meminta agar upacara pemakamannya digelar secara sederhana. Ia menolak prosesi megah seperti yang biasanya dilakukan terhadap para pendahulunya.
Jenazah Paus akan ditempatkan dalam peti mati kayu sederhana, tanpa penggunaan tiga lapis peti mati dari cemara, timah, dan kayu ek seperti biasanya.
“Beliau juga tidak ingin disemayamkan di atas catafalque tinggi di Basilika Santo Petrus,” ujar juru bicara Vatikan.
Meski demikian, para peziarah tetap diberi kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir dengan jenazah yang akan ditempatkan di dalam peti terbuka.
Paus Fransiskus wafat pada Senin (21/4) pukul 07.35 pagi waktu Vatikan, setelah sebelumnya menjalani perawatan akibat pneumonia selama lebih dari satu bulan. Ia sempat dirawat selama 38 hari sebelum dipulangkan pada 23 Maret 2025.
Kehadiran Paus sehari sebelum wafat dalam misa Paskah di Basilika Santo Petrus sempat mengejutkan ribuan umat Katolik yang hadir. Dalam pesan terakhirnya, Paus menekankan pentingnya kebebasan berpikir dan beragama, serta menyerukan penghormatan terhadap perbedaan. Ia juga mengecam meningkatnya anti-Semitisme dan menyebut situasi di Gaza sebagai “dramatik dan memprihatinkan.”
“Jangan biarkan kita lupa, yang terkena bukanlah target, tetapi manusia, masing-masing memiliki jiwa dan martabat,” ucapnya dalam seruan yang menggema sebagai pesan terakhir bagi dunia.

Tinggalkan Balasan