Kecenderungan Mendiskriminasi atau Menormalisasi dari Bias
Bias kognitif adalah kecenderungan untuk bertindak secara tidak rasional karena keterbatasan kemampuan kita dalam memproses informasi secara objektif. Bias kognitif tidak selalu negatif, tetapi dapat mengaburkan penilaian kita dan memengaruhi seberapa jelas kita memandang situasi, orang, atau potensi risiko.
Melihat dari ulasan yang diangkat pada situs web SCRIBBR terkait sebuah contoh analogi dari dampak Cognitve Bias adalah kecenderungan deskriminasi pada hal-hal yang tidak biasa.
Contoh: Salah satu manifestasi umum dari bias kognitif adalah stereotip bahwa perempuan kurang kompeten atau kurang berkomitmen terhadap pekerjaan mereka. Stereotip ini mungkin melekat di alam bawah sadar manajer, yang memengaruhi keputusan mereka dalam perekrutan dan promosi. Hal ini, pada gilirannya, dapat menyebabkan diskriminasi di tempat kerja.
Melihat dari kecenderungan tersebut dapat membuat setiap individu akan bersikap menormalisasi sekelompok orang yang bahagian dari mereka mayoritas dan akan menganggap bahkan kelompok yang lain sebagai dampak buruk. Hal tersebut membuat setiap keputusan akan lebih membicarakan hal yang mayoritas dan mendeskriminasikan selainnya.
Kecenderungan seperti itu menyebabkan keputusan yang diambil begitu cepat tanpa melihat faktor lain. Ulasan umum diatas telah memberikan kepada kita akan menjauhi Bias Kognitif.
Cognitive Bias tidak selamanya berdampak buruk, sebuah analogi sebuah benda yang berada pada sisi tali tipis yang memungkinkan akan membuat benda tersebut jatuh atau membuat tali tersebut putus. Namun di sisi lain, hal itu tidak dapat terjadi ketika pada benda tersebut berada pada keseimbangan yang sempurna. Begitu juga dengan Bias Kognitif yang tidak selalu berdampak buruk. Bisa saja hal yang menurut mayoritas orang bahwa yang minoritas adalah benalu negatif, namun ternyata persektif mereka terbantahkan karena ada hal lain. Mungkin sebagian kelompok akan tetap mencari alasan untuk membenarkan yang mayoritas. Itulah Cognitive Bias.
Melihat dari contoh historis dari para nabi yang muncul dikalangan mayoritas orang-orang yang berada pada kejahiliaan justru yang minor adalah kunci agar mereka terlepas dari sifat jahiliah mereka.
Suatu hal yang tidak sesuai dengan perspektif kita bukanlah suatu keburukan total melainkan otak manusia hanya menyimpulkan terlebih dahulu dengan pendekatan yang ada yang setelahnya menyusul pertimbangan lain setelah melihat suatu dampak atau risiko.
Kecenderungan dari lingkungan dan pengalaman menumbuhkan persepektif yang cepat dan berbeda-beda. Kecenderungan buruk muncul karena pertemuan hal-hal yang buruk, baik itu circle, doktrin, sudut pandangan buruk, atau pendekatan-pendekatan yang sesuai emosional saat itu sehingga menjadi lebih baperan apalagi untuk Gen Z yang moody-an.
Sebaliknya, kecenderungan positif terjadi karena lingkungan positif, pertimbangan yang berulang kali dilakukan sehingga tidak menemukan keputusan yang cepat yang kemudian menjadi sebuah kesalahan atau risiko. Asumsi yang berangsur-angsur ditemukan kemudian disaring satu persatu sehingga menjadi sebuah kebenaran dalam artian mengurangi potensi risiko.
Fokus pada Cognitive Bias, dampak dari kecenderungan yang buruk dapat menjadi kesalahan fatal dalam berpikir, sehingga memunculkan banyak hal yang ternormalisasi karena kecenderungan yang buruk. Misal, dualisme yang terjadi dalam sebuah organisasi adalah bentuk dari egoisme sehingga tamak dalam mengambil tongkat stapet kepemimpinan, hal itu merupakan bentuk dari salah satu sifat cognitive bias.
Adapun yang menjadi efek pada bias kognitif adalah, pertama: Anchoring Effect (Efek Jangkar) kecenderungan kepada informasi awal sehingga membuat potensi keputusan yang kurang relevan.
Kedua: Confirmation Bias Effect (Efek Konfirmasi bias) ialah kecenderungan mencari fakta pendukung dari pengalaman atau kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, dan hal ini berpotensi untuk mengabaikan informasi yang bertentangan.
Ketiga: Hallo Effect (Efek Halo) bias yang menilai dari pengaruh pakaian ataupun tampilan seseorang, persepsi positif atau negatif yang terjadi dari bagaimana seseorang berperilaku atau berpenampilan. Misal, seseorang yang dinilai kaya namun berpenampilan sederhana maka akan menimbulkan judge atau rasisme. Ataukah, seorang dengan memakai pakaian sederhana yang memasuki sebuah outlet yang brandnya terkenal, maka bias yang terjadi ialah ia menganggap bahwa orang tersebut hanya sekedar bertanya tanpa membeli, hal tersebut justru merupakan sikap rasisme terhadap seseorang.
Keempat: Dunning Kruger Effect (Efek Melebihkan sesuatu diluar dari kemampuan) hal ini terjadi kepada beberapa orang yang belum mengetahui kapasitas dirinya sehingga melebih-lebihkan atau memudahkan sesuatu yang tanpa ia sadari merupakan sebuah kekurangan pengetahuan, skill, atau pengalaman terhadap sesuatu. Misal, seorang yang baru saja terangkat menjadi barista. Ia berusaha seakan ia adalah seorang ahli tentang kopi padahal ia hanya menutupi rasa insecure atau gengsi akan dipandang rendah.
Kelima: Negativity Bias Effect (Efek Bias Negatif) menuntut terhadap informasi yang kurang relevan termasuk bias negatif, bukan hanya pada informasi atau pengalaman yang buruk yang menyebabkan bias negatif terjadi. Hal tersebut mempengaruhi sejauh mana pandangan seseorang pada sisi negatif yang berdampak dalam mengambil keputusan atau risiko.
Keenam: Availability Heuristic Effect (Efek Ketersediaan Heuristik) efek ini memungkinkan seseorang berpendapat melalui contoh-contoh yang serupa, sekalipun hal tersebut bukan pada fakta atau teori yang sebenarnya. Efek ini juga menyimpan hal negatif diantaranya memudahkan untuk menormalisasi sesuatu. Dalam Islam, alkohol termasuk minuman yang haram, akan tetapi penormalisasian terjadi jika diikuti dengan persepsi yang mengatakan “bagaimana kalau minum alkohol tapi saya tidak mabuk?..”(faktor kebiasaan pada seeorang yang membuat penormalisasian terjadi).
Ketujuh: Bandwagon Effect (Efek Ikut-ikutan) kecenderungan yang dihasilkan dari lingkungan, keyakinan atau tindakan tertentu sehingga dapat dengan mudah terjadi deskriminasi terhadap segala hal yang berbeda dari lingkungan tersebut.
Kedelapan: Gambler’s Fallacy Effect (Efek Kekeliruan Acak) keyakinan dari masa depan akan menguntungkan atau merugikan. Bias yang terjadi hanya mengandalkan hoki dari beberapa pendekatan kecil sehingga melupakan keputusan atau hasil yang independen. Misal, judi online (judol).
Kesembilan: Overconvidence Effect (Efek Terlalu Percaya Diri) kepedean terhadap suatu kemampuan atau penilaian sendiri, bahkan jika mereka salah.
Kesepuluh: Framing Effect (Efek Kerangka Berpikir) menyajikan informasi dengan mempengaruhi cara orang memahaminya, meskipun mempunyai bacaan yang sama.
Negatif dan positif bias yang terjadi selalu melalui banyak pendekatan, misal bias positif sahabat nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. ataukah bias negatif, misal pada peristiwa Nabi Adam As. yang mengambil keputusan memakan buah Khuldi (Kekal) dari istrinya Hawa sehingga membuat ia terjerumus dalam kesalahan dan ditakdirkan di bumi. Allahu A’lam bissawab…
Penulis: Abdul Sarif Maulana, Mahasiswa Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan