RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Sejumlah guru besar dari tiga fakultas bidang kesehatan Universitas Hasanuddin (Unhas) menyatakan keprihatinan atas memburuknya kondisi pendidikan kedokteran dan kesehatan di Indonesia dalam enam tahun terakhir. Mereka menilai disharmoni antarpihak menjadi penyebab utama kemunduran tersebut.

“Kami mengamati bahwa proses pendidikan kedokteran dan kesehatan dalam kurun waktu enam tahun ini semakin memburuk dan adanya ketidakharmonisan antara pihak-pihak yang terkait,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, Prof Dr Haerani Rasyid kepada awak media, Selasa (20/5/2025).

Pernyataan tersebut merupakan bagian dari aksi nasional yang dipelopori para akademisi kesehatan dari seluruh Indonesia. Menurut Haerani, sikap ini dimotori oleh tiga fakultas di Unhas, yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Keperawatan, sebagai bentuk tanggung jawab moral atas arah dan mutu pendidikan kesehatan nasional.

“Kami sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, guru besar Fakultas Kedokteran Gigi dan guru besar Fakultas Keperawatan merasa penting untuk menyatakan aksi keprihatinan ini,” lanjutnya.

Haerani menjelaskan bahwa pernyataan sikap para guru besar dirumuskan dalam enam poin penting. Namun, lima poin di antaranya dianggap paling mendesak untuk segera ditindaklanjuti karena menyangkut struktur utama dalam sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan.

“Kalau ditanya poin krusial, semuanya krusial sehingga kami mempoinkan sikap tersebut dalam 6 poin. Tapi yang terutama tentunya adalah 5 poin termasuk dalam hal pembentukan independensi kolegium, penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis, kompetensi tambahan bagi dokter umum yang mestinya harusnya secara ilmiah harus dianalisis dan serta pembukaan hospital based pada humas rumah sakit vertikal yang telah melakukan Pendidikan University Based,” jelasnya.

Haerani menyebut, pernyataan sikap ini bukan gerakan lokal semata, melainkan aksi nasional yang berlangsung secara serentak di berbagai kampus kedokteran Indonesia. Ia menyebut Universitas Padjadjaran (Unpad) menjadi inisiator aksi pada 19 Mei, yang kemudian diikuti oleh Unhas dan kampus-kampus lain sehari setelahnya.