MIWF edisi tahun ini akan menghadirkan lebih dari 150 pembicara dari berbagai kota di Indonesia dan sejumlah negara lain. Lebih dari 100 program dan aktivitas menarik juga telah disiapkan untuk dinikmati oleh para pengunjung. Tak hanya menghadirkan para penulis, festival ini juga menjalin kolaborasi dengan komunitas, penerbit, dan berbagai lembaga menambah semarak helatan selama empat hari ini.

Lokakarya yang bisa diikuti seperti; “Seni dan Pemulihan” yang membahas praktik kesenian sebagai cara memulihkan diri para penyintas kekerasan, serta “Kritik Sastra” bersama Doni Ahmadi dan Iin
Farliani. Sejumlah komunitas turut langsung menyajikan program bersama MIWF, seperti 30 Hari Bercerita yang mengajak pengunjung merayakan tradisi bertutur, serta perpustakaan dan ruang komunitas asal Makassar yakni Katakerja. Ada pula presentasi karya dari kolektif WANUA asal Belanda dan penampil asal Australia yakni Tony Yap. Enam pameran menarik yang mengangkat isu beragam juga digelar selama empat hari penyelenggaraan, antara lain “The Butterfly Effect: Ketika Kupu-Kupu Menuju Kepunahan” (Titah AW dan Kurniadi Widodo), serta “[Dialog Lensa] Ebb and Flow: What Water Could Remember #1 (2024)” (Arif Furqan).

Penulis dan pembicara yang diundang dalam kegiatan MIWF pun memiliki beragam latar belakang menarik. Mereka antara lain Andreas Kurniawan (psikiater-penulis), Kurniadi Widodo (penulis-fotografer), Cania Citta (kreator konten-penulis), Natasha Rizky (aktris-penulis), Ian D. Wilson (peneliti-pengajar), dan masih banyak lagi. Adapun penulis dan pembicara dari Indonesia Timur tentu juga turut akan bergabung seperti Ibe S. Palogai (penulis fiksi), Aziziah Diah Aprilya (fotografer), Faisal Oddang (penulis fiksi), Adibah L. Najmy (penulis fiksi), Margareth Ratih Fernandez (editor), serta Maria Pankratia (penulis fiksi).

Turut pula tujuh penulis terpilih program Emerging Writers yang akan mengisi panel khusus untuk menceritakan proses kreatif dan riwayat pengkaryaan masing-masing. Mereka adalah Wahyuddin D. Gafur (Ternate, Maluku Utara), Topilus B. Tebai (Dogiyai, Papua Tengah), Kristal Firdaus (Samarinda, Kalimantan Timur), Nany Diansari Korompot (Kotamobagu, Sulawesi Utara), NF Aspany (Mataram, Nusa Tenggara Barat), Ricky Ulu (Atambua, Nusa Tenggara Timur) serta Alghifahri Jasin (Makassar, Sulawesi Selatan).