“Selama 3 bulan persiapan festival, mereka merancang kelas sebanyak 34 kelas untuk mereka sendiri mempelajari banyak sekali hal, mulai dari pengorganisasian sipil, kesetaraan gender, merancang festival nir-sampah, merancang festival anti kekerasan, sampai urusan bagaimana menggulung kabel di videographer, dari hal yang sangat besar hingga sangat praktis mereka bikin kelasnya sendiri,” jelas Aan.

MIWF 2025 tak hanya menjadi perayaan sastra dan budaya, tetapi juga ruang solidaritas, keberagaman, dan perlawanan atas ketidakadilan. Dengan semangat kolektif dan keterlibatan masyarakat luas, festival ini berupaya menghadirkan perubahan sosial melalui kekuatan narasi dan keterlibatan komunitas. (*)