Dokter Atlet
Ruangan di rumah sakit swasta ini kelihatan modern, nyaman dan bersih. Dari jendela kaca terlihat pemandangan yang sejuk, rumah di ketinggian, deretan pohon besar, dan nampak jelas Gunung Salak.
Tak lama berselang, seorang pria tinggi berkaca mata muncul dari balik pintu yang tertulis sport clinic. Ups. Saya terkejut. “Apa saya salah orang atau ini mungkin hanya asistennya?” gumam saya dalam hati.
Kesan saya: tampilannya tak meyakinkan layaknya seorang dokter. Saya membayangkan sosok berbaju putih, necis, dan stateskop melingkar di leher. Ia terlihat stylish dengan balutan stelan baju training warna hijau, celana biru dan sepatu kets.
“Lebih mirip atlet daripada dokter,” canda saya sambil kami berjalan ke lounge dokter di lantai bawah.
“Sehari-hari ya begini. Kalau ada kegiatan formal menyesuaikan juga,” katanya. Setiap pagi ia mengaku jalan kaki sekitar 5 km keliling kompleks rumah sakit dan lanjut gym sebentar.
Dokter “daeng” Andi lahir di Makassar 27 Desember 1972. Anak dari pasangan Dr.H. A. Syamsu Alam SH,MH (ayah) yang berkarir di MA dan Hj A.Wahidah (ibu). Di keluarga nama panggilannya “Cua”, anak ke-2 dari enam orang bersaudara.
Andi kecil sekolah di SD Muhammadiyah Makassar dan SMP Islam Athirah. Tamat SMP kembali ke kampung masuk SMA Negeri Bungoro. Naik kelas dua pindah ke SMA 2 Makassar.
Karena “kenakalan” remaja diputuskan ortunya untuk mengirimnya ke Yogyakarta. Di kota gudeg tamat di SMA Muhammadiyah 2.
Awalnya ia berniat daftar masuk Akmil. Tapi tak jadi karena ribet dengan banyaknya persyaratan. Lalu mendaftar masuk Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Keluar pengumuman: tak lulus. Mulai pasrah. Pengumuman gelombang kedua juga belum lulus. Siap-siap angkat koper. Pengumuman ketiga: lulus.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan