Dalam kepemimpinan modern, keberanian moral ini sangat langka terutama ketika kepentingan politik, ekonomi, atau kekuasaan mengaburkan batas antara benar dan salah asalkan kepentingan tercapai. Keberanian Nabi Ibrahim AS juga menjadi teladan bagi para pemimpin keluarga, lembaga, bahkan negara, untuk tidak takut dalam menegakkan prinsip.

Nabi Ibrahim AS menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap tegas terhadap ketidakadilan meskipun itu berarti menghadapi tekanan besar bahkan risiko nyawa.

Kepemimpinan Sebagai Pengorbanan

Dimensi lain seharusnya didapatkan dari Nabi Ibrahim AS terkait dengan kemauan untuk berkorban karena tidak ada kepemimpinan sejati tanpa pengorbanan. Pemimpin harus meninggalkan zona nyaman untuk mengabdi melampaui batas keluarga atau kelompok, siap menunda kenyamanan pribadinya demi tercapainya visi besar.

Dalam konteks kepemimpinan modern, pengorbanan ini dapat diterjemahkan sebagai komitmen terhadap integritas, menolak korupsi, menghindari konflik kepentingan, dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebagai prioritas utama. Pemimpin bukan hanya pengambil keputusan, tetapi juga penjaga nilai dan pelayan untuk kepentingan masyarakat dan bangsa.

Visi Lintas Generasi

Kepemimpinan Nabi Ibrahim AS tidak hanya menyasar pada keberhasilan saat ini tetapi juga keberlangsungan misi masa depan. Nabi Ibrahim AS menyusun rencana spiritual, sosial, dan kultural untuk membangun masyarakat yang taat, membangun Ka’bah sebagai pusat ibadah umat manusia, mendidik anak-anaknya untuk menjadi pewaris nilai tauhid bukan pewaris tahta melalui penghancuran tatanan yang telah dibangun.

Dalam manajemen dan organisasi modern, hal ini dikenal dengan legacy leadership, yaitu kepemimpinan yang berfokus pada warisan nilai, budaya, dan sistem yang akan diteruskan setelah pemimpin tersebut tiada. Pemimpin semacam ini tidak hanya sukses dalam masa jabatannya, tetapi juga meninggalkan dampak jangka panjang yang positif bagi organisasi atau bangsanya.