RAKYAT NEWS, JAKARTA – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkap keterlibatan sejumlah perusahaan besar dalam praktik beras oplosan yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik.

Ia menilai tindakan curang tersebut turut memicu kenaikan harga beras, meskipun stok beras dalam negeri saat ini berada pada titik tertinggi sejak 1945.

“Belum lagi yang oplosannya, beras yang kualitas premium digabung sama kualitas medium, setelah itu dijual harga premium. Dan ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, ada yang perusahaan-perusahaan besar,” ungkap Tito dalam rapat inflasi dikutip dari Youtube Kemendagri, Selasa (22/7/2025).

“Bayangkan, rakyat yang harusnya ditolong dengan pangan saat ini yang berlimpah, tapi harga yang naik, karena praktik oplosan menaikkan harga premium, kemudian jumlahnya juga dikurangi dan ini membuat beban rakyat lebih tinggi,” jelas dia.

Tito menjelaskan modus yang digunakan dalam praktik curang tata niaga beras ini berlangsung dalam dua tahap. Pertama, pengurangan timbangan beras atau isi yang tidak sesuai dengan label kemasan.

“Misalnya (beras) 5 kilogram, kita kadang-kadang nggak memeriksa pembeli kan, isinya 4,5 kilogram. Bayangkan setengah kilonya dikorupsi istilahnya, digelapkan, itu yang kata Pak Presiden kemarin, ini penipuan. Nah, itu, setengah kilo per kantong, kali sekian berapa juta kantong,” tuturnya.

Kedua, beras kualitas medium yang dijual dengan harga beras premium. Meski begitu, Tito menilai hal ini bukan satu-satunya penyebab kenaikan harga beras.

Ia menyebut adanya masalah pendistribusian beras yang membuat harga komoditas ini melambung, terutama di zona 3, dengan harga tertinggi mencapai Rp 54.772 per kilogram.

Ia pun menyoroti kenaikan harga beras yang terjadi di wilayah lumbung pangan seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara.