Refleksi Perdamaian dari Caritas Jerusalem:Tanah Perjanjian untuk Umat Hidup dalam Perdamaian
Serangan itu menewaskan tiga warga sipil: Saad Salameh (60), petugas kebersihan paroki; Fumayya Ayyad (84); dan Najwa Abu Daoud (69). Ketiganya sempat dilarikan ke Rumah Sakit Al-Mamadani, namun nyawa mereka tak tertolong akibat minimnya pasokan medis dan darah di Gaza, yang sedang menghadapi blokade berkepanjangan.
Menurut laporan Vatican News, gereja tersebut juga menjadi tempat perlindungan bagi warga sipil yang mengungsi. Beberapa korban luka lainnya dilaporkan dalam kondisi kritis.
Alistair Dutton, Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, menyampaikan duka mendalam atas peristiwa ini. “Kematian mereka adalah pengingat menyakitkan atas kondisi mengerikan yang dialami warga sipil dan tenaga medis di bawah pengepungan,” ujarnya.
Ia menyerukan kepada semua pihak yang terlibat konflik untuk menghormati kehidupan manusia dan tidak menjadikan tempat-tempat ibadah dan zona kemanusiaan sebagai target kekerasan. Pernyataan ini juga diamini oleh Caritas Jerusalem, yang sejak awal agresi telah kehilangan dua staf medis dan anak-anak mereka akibat serangan udara pada Oktober dan November 2023.
Pastor Gabriel Romanelli, imam paroki Keluarga Kudus, turut terluka dalam serangan ini. Selama sepekan sebelumnya, ia telah memperingatkan umat untuk tidak meninggalkan rumah akibat eskalasi penembakan di sekitar paroki.
“Jika Romo Gabriel tidak memperingatkan kami, kami bisa kehilangan 50 hingga 60 orang hari ini. Itu akan menjadi pembantaian,” ungkap salah satu staf Caritas Jerusalem yang bertahan di Gaza.
Hanya tiga hari sebelum serangan terjadi, Caritas Jerusalem telah merilis laporan yang menggambarkan kondisi Gaza sebagai “tingkat kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Dalam laporan tertanggal 14 Juli 2025 itu disebutkan:
- 758 orang tewas dan lebih dari 5.000 luka-luka sejak 27 Mei 2025.

Tinggalkan Balasan