Refleksi Perdamaian dari Caritas Jerusalem:Tanah Perjanjian untuk Umat Hidup dalam Perdamaian
- 2,1 juta penduduk Gaza menghadapi kelaparan akut.
- 80% infrastruktur air dan sanitasi berada di zona konflik aktif.
- 40% penyakit yang dilaporkan adalah diare berair akut.
Rumah sakit kolaps, pendidikan lumpuh, dan lebih dari 1,3 juta orang kini memerlukan tempat penampungan darurat.
Perempuan dan anak-anak menjadi kelompok paling rentan terhadap kekerasan berbasis gender dan eksploitasi di tengah krisis.
Caritas Jerusalem, yang berdiri sejak 1967 pasca-Perang Enam Hari, menjadi bagian dari Caritas Internationalis, jaringan global pelayanan kemanusiaan Gereja Katolik yang beroperasi di lebih dari 160 negara.
Dalam solidaritas globalnya, Caritas menyerukan kepada seluruh pihak:
- Melindungi rumah ibadah dan zona-zona kemanusiaan sebagaimana diatur dalam Hukum Humaniter Internasional (HHI).
- Menjamin akses tanpa hambatan terhadap bantuan medis dan pangan.
- Menghentikan segala bentuk serangan terhadap warga sipil, khususnya mereka yang berlindung di gereja dan zona aman.
- Menegakkan martabat manusia, yang tidak boleh dikorbankan atas nama konflik.
Dalam kunjungannya ke relawan Caritas Jerusalem, Konfederasi Caritas juga kembali menggaungkan seruan Paus Leo XIV untuk gencatan senjata segera dan penghormatan menyeluruh terhadap hukum internasional, hukum perang, dan prinsip hak asasi manusia.
Hukum Humaniter Internasional mengatur perlindungan terhadap mereka yang tidak terlibat dalam konflik, termasuk warga sipil, pekerja medis, dan tawanan perang, serta membatasi cara dan metode berperang.
Tragedi kemanusiaan ini sekaligus menggugah kembali nilai-nilai perdamaian dalam ajaran Kristen khususnya Katolik. Sebagaimana tertulis dalam Roma 12:18: “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.”
Ayat ini menjadi penegasan bahwa meski dunia dilanda kekerasan, suara dan aksi untuk perdamaian tidak boleh padam. Gereja dan lembaga kemanusiaan seperti Caritas terus menyalakan harapan bagi mereka yang paling menderita akibat perang.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan