Aksi Mahasiswa Papua Jelang 15 Agustus, Ormas Sulsel Desak Aparat Batalkan
MAKASSAR, RAKYAT NEWS – Suasana Kota Makassar jelang 15 Agustus 2025 diperkirakan menghangat. Rencana aksi sejumlah mahasiswa Papua memperingati Perjanjian New York 1962 menuai protes keras dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) di Sulawesi Selatan.
Ketua Karang Taruna Kota Makassar, Muhammad Zulkifli, yang menjadi bagian dari aliansi ormas, menilai aksi tersebut sarat muatan politik yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan. “Saya meminta kepada aparat yang kami hormati untuk memastikan besok, pada tanggal 15 Agustus, aksi para pendukung OPM yang merongrong negara di Flyover Makassar bisa digagalkan,” tegasnya, (14/8/2025).
Zulkifli juga mengimbau mahasiswa Papua di Makassar agar tidak mudah terprovokasi. “Saya meminta kepada adik-adik mahasiswa Papua untuk tidak terprovokasi ajakan oknum yang tidak bertanggung jawab. Kita harus bersama menjaga persatuan NKRI,” lanjutnya.
Pernyataan ini turut dialamatkan kepada Pangdam XIV/Hasanuddin, Kabinda Sulsel, hingga Kapolrestabes Makassar. Ormas menilai aparat harus mengambil sikap tegas agar situasi kota tetap kondusif.
Namun, berbeda dengan narasi ormas, pihak mahasiswa Papua justru menegaskan aksi mereka bersifat damai. Forum Solidaritas Pelajar Mahasiswa Peduli Rakyat Papua Kota Studi Makassar menyatakan aksi besok adalah momentum refleksi sejarah sekaligus ruang ekspresi demokrasi.
“Kami adalah pelajar dan mahasiswa, agen perubahan, yang memegang teguh nilai demokrasi, kemanusiaan, dan keadilan. Aksi kami murni damai, lahir dari kesadaran sejarah dan tanggung jawab moral untuk bersuara,” ujar Jacky Maituan selaku koordinator lapangan, didampingi wakorlap Esman Wenda melalui keterangan persnya
Dalam seruannya, forum mahasiswa meminta semua pihak menghormati hak menyampaikan pendapat di muka umum. Mereka menolak segala bentuk intimidasi dan tindakan represif.
“Ruang demokrasi adalah milik rakyat, bukan hak istimewa yang boleh dicabut semena-mena. Gangguan terhadap aksi damai adalah pelanggaran konstitusi dan nurani kemanusiaan,” tambahnya lagi
Mahasiswa Papua juga mengingatkan bahwa aksi ini sekaligus mengenang peristiwa 2019 yang menurut mereka masih menjadi luka kolektif rakyat Papua. “Biarkan besok menjadi hari ketika suara kami bergema tanpa rasa takut, dan Indonesia membuktikan bahwa demokrasi bukan sekadar retorika, tetapi komitmen nyata,” tutup Jacky.
Hingga berita ini diturunkan, aparat keamanan belum memberikan pernyataan resmi terkait izin maupun langkah pengamanan aksi tersebut. Situasi pun kini menunggu bagaimana sikap aparat dalam menyeimbangkan desakan ormas dengan tuntutan mahasiswa Papua. (Uki Ruknuddin)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan