Sementara itu, visi jangka panjang Unhas hingga 2030 yang diusung Prof JJ tetap konsisten pada arah semula: menjadikan Unhas sebagai pusat unggulan dalam pengembangan manusia, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya berbasis Benua Maritim Indonesia (BMI). Untuk periode menengah 2025–2029, Unhas mengusung tema “Unhas Mandiri dan Modern berbasis BMI”.

Namun, para penantang juga tidak tinggal diam. Salah satunya adalah Prof Budu, yang dalam kertas kerjanya membawa konsep baru bertajuk “Kampus Berdampak”. Gagasan ini menekankan pembentukan karakter mahasiswa yang membumi dan intelektual yang peka terhadap isu sosial serta lingkungan sekitarnya. Prof Budu juga menawarkan transformasi tata kelola berbasis kolaborasi dan efisiensi sumber daya.

Program unggulan yang ditawarkan Prof Budu adalah “Festival Kampus Berdampak”, sebuah platform yang akan menjadi ajang aktualisasi mahasiswa dan dosen dalam menunjukkan kontribusi nyata kampus bagi masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya melanjutkan roadmap pengembangan Unhas 2015–2030 yang telah dirumuskan oleh rektor-rektor sebelumnya sebagai dokumen strategis jangka panjang.

“Dalam kertas kerja ini, kami berkomitmen menjaga arah pembangunan Unhas sesuai dokumen Rencana Pengembangan Unhas 2030. Visi kami tetap sama, tetapi pendekatannya akan kami revitalisasi dengan lebih membumi dan partisipatif,” ujar Prof Budu. Dengan menyitir kembali visi Unhas sebagai pusat unggulan berbasis maritim, ia menegaskan pentingnya kesinambungan sekaligus inovasi dalam memimpin perguruan tinggi sebesar Unhas.

Adu gagasan antara petahana dan penantang ini menandai babak baru demokrasi kampus. Pilrek Unhas 2026–2030 bukan hanya soal siapa yang akan duduk di kursi rektor, tapi juga tentang arah masa depan kampus merah dalam menghadapi tantangan global dan kebutuhan lokal.(Uki)