Oleh: Taruna Ikrar
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia

Lebih dari dua ribu tahun lalu, seorang kaisar muda bernama Qin Shi Huang menorehkan sejarah dengan menyatukan berbagai kerajaan yang berserak di Tiongkok kuno menjadi satu peradaban besar. Ia tidak hanya menyatukan wilayah, tetapi juga menyatukan mimpi dan arah bangsa meletakkan fondasi kokoh bagi kejayaan Tiongkok. Dari tangannya lahirlah Tembok Besar China, bukan sekadar tembok batu, tetapi monumen keteguhan, strategi, dan visi jangka panjang tentang perlindungan dan kedaulatan bangsa.

Pembangunan Tembok Besar China berlangsung lintas generasi dari Dinasti Qin, Han, hingga Ming. Setiap generasi tidak memulai dari nol, tetapi melanjutkan estafet peradaban dengan tekad dan inovasi baru. Inilah yang menjadikan Tembok China simbol kesinambungan, ketekunan, dan semangat kolektif bangsa yang memahami makna legacy.

Indonesia, dengan sejarah dan kekayaan budayanya, sesungguhnya memiliki “Tembok Besar”-nya sendiri bukan dari batu, melainkan dari ide, nilai, dan semangat gotong royong. Setiap era kepemimpinan menorehkan batu bata peradaban: dari perjuangan kemerdekaan, pembangunan nasional, hingga era digital dan kemandirian sains saat ini.

Seperti halnya Tembok Besar, bangsa besar tidak dibangun dalam satu masa atau oleh satu tokoh, melainkan oleh kesinambungan visi antar generasi. Tugas utama kita adalah menjaga arah pembangunan agar tidak terputus, tetapi terus menanjak menjulang dalam ilmu, membumi dalam moral, dan mengakar dalam budaya.

Dalam konteks Indonesia modern, Presiden Prabowo Subianto melanjutkan semangat estafet peradaban itu dengan visi besar Indonesia Emas 2045. Di tengah perubahan global yang cepat, beliau meneguhkan arah kebijakan untuk melanjutkan pembangunan strategis seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), kemandirian pangan dan energi, serta transformasi sains dan teknologi nasional.

Seperti Tembok Besar yang menjadi benteng sekaligus simbol kemajuan, Prabowo meletakkan fondasi ketahanan nasional berbasis kemandirian, serta membangun human capital unggul yang siap menghadapi tantangan global. Kepemimpinan beliau melanjutkan apa yang telah dirintis generasi sebelumnya, seraya menyiapkan generasi penerus agar siap melanjutkan tongkat estafet menuju kejayaan Indonesia.

Sebagai lembaga yang mengawal keamanan dan mutu obat serta pangan, BPOM RI turut menjadi bagian dari “tembok” perlindungan bangsa. Melalui kebijakan yang adaptif, berbasis sains, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, BPOM berperan sebagai penjaga kualitas kehidupan dan katalis inovasi nasional.

Spirit yang sama dari Tembok China hingga Indonesia Emas 2045 adalah keteguhan membangun sistem yang melampaui waktu, memastikan generasi mendatang menikmati hasil dari kerja keras hari ini. Seperti batu demi batu di Tembok Besar, kebijakan dan inovasi hari ini akan menjadi pijakan bagi masa depan bangsa.

Tembok Besar China mengajarkan bahwa kejayaan tidak datang dari kekuatan semata, melainkan dari kesinambungan visi dan kesatuan tekad. Demikian pula Indonesia hari ini, berada di era penting untuk menenun kembali jati diri dan arah peradaban melalui kolaborasi lintas sektor akademisi, bisnis, dan pemerintah (ABG synergy).

Dalam tangan pemimpin yang visioner dan bangsa yang bersatu, Spirit Qin Shi Huang menemukan gaungnya di Nusantara: membangun bukan untuk satu masa, tetapi untuk selamanya.

Dan dari semangat itu, Prabowo Subianto menyalakan obor estafet peradaban menuju Indonesia Emas 2045 bangsa yang kuat, berdaulat, dan berkeadaban tinggi di panggung dunia.