Pembangunan Depo Sampah: Solusi Baru DLH Kepahiang untuk Setiap Kelurahan
Pengelolaan sampah merupakan tantangan nyata bagi banyak kota kecil dan menengah di Indonesia. Di Pelangkian, Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, pertumbuhan aktivitas ekonomi dan kepadatan pasar memperlihatkan tekanan nyata pada sistem pengelolaan sampah yang ada.
Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup / DLH Kepahiang merancang program strategis yaitu pembangunan depo sampah di setiap kelurahan dan desa. Hal ini menjadi sebuah langkah yang lebih terdesentralisasi.
Ide ini bukan sekadar sebuah gagasan teknis, namun mewakili perubahan pendekatan dari pengelolaan terpusat menuju solusi yang mengutamakan akses, partisipasi masyarakat, dan efisiensi operasional. Tujuannya untuk memperpendek rantai pengangkutan sekaligus meningkatkan efektivitas penanganan sampah di tingkat lokal.
Kondisi riil di lapangan memperjelas urgensi kebijakan tersebut. Data dan laporan lapangan menunjukkan bahwa volume sampah harian di Kepahiang sekitar 2 sampai 4 ton per hari yang menuntut sistem pengelolaan lebih adaptif dan responsif.
Tekanan ini semakin terlihat di area pasar dan pusat keramaian, di mana tumpukan sampah cepat terbentuk bila mekanisme pengangkutan tidak sinkron dengan produksi sampah lokal. Oleh karena itulah konsep depo sampah yang berada dekat dengan sumber diharapkan dapat mereduksi penumpukan, meningkatkan keteraturan jadwal pengangkutan, dan memudahkan pemisahan sampah di hulu.
Secara teknis, depo sampah adalah lokasi penampungan sementara berskala kelurahan yang dilengkapi fasilitas dasar untuk menampung sampah rumah tangga dan sampah pasar sebelum dikonsolidasikan ke tingkat berikutnya. Fungsi utamanya adalah mengurangi frekuensi perjalanan armada pengangkut serta menjadi titik ideal untuk program pemilahan, pengumpulan sampah organik untuk pengomposan, dan pengumpulan bahan yang dapat didaur ulang untuk rujukan bank sampah.
Melansir https://dlhkepahiang.com/berita/, Pendekatan ini juga membuka peluang bagi pengelolaan sampah yang lebih berorientasi sirkular dan berbasis komunitas. Konsep ini sejalan dengan upaya DLH Kepahiang untuk memperkuat struktural layanan kebersihan di level paling dekat dengan warga.
Manfaat yang bisa dirasakan relatif langsung. Beberapa manfaatnya antara lain:
- Depo lokal mempersingkat jarak tempuh petugas pengangkut sehingga menghemat biaya operasional dan waktu
- Mengurangi risiko tumpukan sampah di titik-titik strategis.
- Jika dikombinasikan dengan program bank sampah dan edukasi pemilahan di sumber, depo dapat meningkatkan tingkat pemulihan material yang bernilai (plastik, kertas, logam), sehingga mengurangi beban TPA.
- Depo bisa menjadi ruang kontrol untuk memastikan praktik pembuangan yang lebih tertib. Misalnya dengan jadwal drop-off yang jelas, aturan pemilahan, dan pengawasan sederhana oleh perangkat kelurahan.
Namun, pembangunan depot bukan tanpa tantangan. Ketersediaan lahan yang strategis, aman, dan mudah diakses merupakan kendala utama di kawasan padat. Selain itu, aspek teknis seperti drainase yang baik, pengendalian bau, serta akses armada menuju dan dari depo harus dipertimbangkan sejak desain.
Faktor pembiayaan juga penting meski depo skala kelurahan tidak memerlukan investasi setinggi fasilitas pengolahan skala besar. Namun tetap dibutuhkan alokasi dana untuk konstruksi dasar, tempat pemilahan, dan peralatan serta anggaran rutin untuk operasional dan pemeliharaan.
Kunci keberhasilan depo adalah integrasi kebijakan, teknologi sederhana, dan partisipasi masyarakat. DLH Kepahiang perlu merancang SOP yang jelas seperti mekanisme penunjukan lokasi depo, jadwal pengantaran dari warga, dan prosedur konsolidasi ke armada kabupaten.
Selain itu, pembinaan warga melalui sosialisasi pemilahan sampah dan insentif bagi kelompok masyarakat atau bank sampah yang berperan aktif dapat memperkuat keberlanjutan program. Aplikasi sederhana atau layanan pengaduan online juga dapat dimanfaatkan untuk mengatur keluhan, pelaporan tumpukan, atau permintaan pengangkutan tambahan sehingga layanan lebih responsif.
Dari sisi lingkungan, depo yang dikelola baik akan mengurangi dampak negatif seperti tumpukan sampah di jalan, pencemaran visual, dan potensi sarang penyakit. Bila depo juga dilengkapi area untuk pengomposan organik skala kecil, maka residu organik pasar atau rumah tangga dapat diolah menjadi kompos yang bermanfaat bagi kota maupun masyarakat. Misalnya untuk penghijauan pekarangan atau taman kota.
Pembangunan depo sampah di setiap kelurahan adalah jawaban pragmatis untuk masalah sampah yang bersifat lokal dan berulang. Dengan desain yang tepat, keterlibatan komunitas, dan penguatan jaringan pengelolaan (bank sampah, mekanisme pengaduan, dan integrasi angkutan), depo dapat mereduksi beban operasi DLH.
Kehadiran depo akan menekan penumpukan sampah, dan membuka peluang ekonomi lokal melalui pemanfaatan material. DLH Kepahiang telah menempatkan gagasan ini pada agenda publik sebagai sebuah langkah yang menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pelayanan publik secara nyata.








Tinggalkan Balasan