Sembilan Elemen Jurnalisme

MAKASSAR – Sembilan Elemen Jurnalisme adalah poin-poin penting dan mendasar yang perlu diketahui bahkan ditanamkan dalam diri oleh seorang jurnalis sebelum memulai kerja-kerja jurnalistik.

Baca Juga : Masyarakat Antusias Ikuti Pelatihan Citizen Journalism Rakyat Institute

Sembilan poin mendasar yang kadang disebut sebagai dasar-dasar jurnalisme ini merupakan karya dari Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang berjudul The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know and the Public Should Expect.

Keduanya adalah wartawan dari Amerika Serikat yang berpengalaman dalam dunia jurnalistik. Bahkan, seorang Goenawan Mohamad, redaktur pendiri majalah tempo merasa sulit “mencari kesalahan” kovach.

Baik Kovach maupun Rosenstiel, keduanya sama-sama merumuskan sembilan elemen jurnalisme sebagai kesimpulan dari proses diskusi dan wawancara yang melibatkan 1.200 wartawan selama tiga tahun.

Berikut sembilan elemen jurnalisme?

1. Kebenaran

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menempatkan kebenaran sebagai elemen pertama yang mesti diketahui bagi siapa saja yang ingin bergelut dalam dunia jurnalistik.

Kebenaran yang diberitakan terbentuk dari lapisan demi lapisan. Orang membutuhkan informasi lalu lintas agar bisa mengambil rute lancar, informasi harga, ramalan cuaca, hasil pertandingan bola, kebijakan, dsb.

2. Mitra, Pembaca, Masyarakat

Seorang wartawan atau jurnalis bekerja untuk siapa? Kovach dan Rosenstiel menempatkan hal tersebut sebagai elemen kedua, yakni menyeimbangkan antara mitra perusahaan, pembaca, dan bekerja untuk masyarakat.

Kedua penulis termotivasi dengan adanya kepercayaan publik terhadap media atau wartawan dan manajemen perusahaan sehingga pertanyaan bekerja untuk siapa menjadi penting.

3. Verifikasi

Penulis buku The Element of Journalism menaruh verifikasi sebagai esensi dari jurnalisme.

Disiplin dalam pengecekan atau verifikasi informasi akan membuat seorang jurnalis atau wartawan mampu memilah gosip, desas desus, manipulasi, opini dan fakta.

Hal tersebut menjadi penting dikarenakan profesi ini tidak pernah terlepas dari kepentingan masyarakat.

Salah satu yang ditawarkan adalah jangan menambah atau mengarang apa pun dan transparan.

4. Independesi

Seorang wartawan pasti akan berhadapan dengan keadaan dilematis, mesti menyatakan sikap.

Bill Kovach mengatakan, independensi yang dimaksud adalah semangat dan pikiran terbuka, tidak bergantung pada satu pihak.

5. Pemantau Kekuasaan

Elemen jurnalisme yang kelima dan tak kalah penting untuk diketahui adalah peran wartawan dalam memantau kekuasaan atau dengan kata lain memposisikan dirinya sebagai penyambung lindah bagi kaum tertindas.

Kovach dan Rosenstiel mengartikan hal tersebut dalam kerangka demokrasi.

Terkadang terdapat fakta yang telah terjadi yang berkaitan dengan kepentingan rakyat, namun tak diketahui karena dirahasiakan. Peran wartawan melakukan proses investigasi, mencari tahu, penelusuran mendalam sehingga dapat mengungkap kebenaran dan kesalahan dari yang menjalankan kekuasaan.

6. Forum Publik

Elemen yang satu ini pada intinya menempatkan wartawan sebagai orang yang terbuka terhadap pendapat-pendapat yang beragam. Secara sederhana, menangkap aspirasi masyarakat.

Kerja wartawan seperti ini akan menghasilkan perdebatan di ruang publik. Namun, menjadi forum publik juga mesti memperhatikan elemen jurnalisme lainnya.

7. Relevan

Seorang wartawan dalam memberitakan suatu peristiwa mesti relevan dan menarik.

Pemberitaan yang berdasar, pembaca merasa perlu untuk tahu.

8. Proporsional

Dalam sebuah pemberitaan, seorang wartawan memang dituntut untuk proporsional, bahkan dalam konteks indonesia sendiri, kode etik jurnalistik mengharuskan seorang wartawan untuk bekerja proporsionalitas.

Ada keseimbangan dalam pemberitaan, tidak terkesan berat sebelah atau sepihak.

9. Hati Nurani

Elemen Jurnalisme yang terakhir adalah hati nurani yang penilaiannya pada baik-buruknya seorang wartawan dalam menjalankan profesinya.

Kovach dan Rosens mengatakan, menjalankan elemen yang terakhir ini tidak mudah.

Akan tetapi, setiap wartawan dapat dinilai berdasarkan standar baku yang jelas, yakni kode etik jurnalistik.