Makassar, Rakyat News – Sengketa pilwalkot Makassar kini menunggu putusan kasasi di tingkat Mahkamah Agung. Akibat sengketa ini, tensi politik sedikit memanas di Kota Makassar.

Situasi politik pada Pilwali Makassar dinilai mulai keluar dari komitmen Pilkada damai dan bersih. Seperti yang diungkapkan aktivis buruh Riswanda. Baginya aksi ricuh yang nyaris berujung anarkis yang dilakukan pendukung pasangan calon yang kurang puas dengan hasil PT TUN, menjadi catatan jika tidak semua pihak dewasa dalam menjalani tahapan hukum dalam event politik. Baginya aksi unjuk rasa dibilangan jalan Pettarani Makassar itu menodai nilai demokrasi.

“Kita liat ada ketidak sabaran dan pemaksaan kehendak yang dipertontonkan ke publik, seperti upaya mengintervensi lembaga hukum negara dengan aksi demonstrasi yang anarkis. Ini adalah bibit dari sebuah pengangkangan nilai demokrasi”. Jelas Riswanda yang merupakaan pentolan aktivis buruh Makassar.

Direktur Alos Institute ini menambahkan, Jika ada pihak pendukung kandidat pilkada, tidak percaya pada mekanisme hukum yg tengah bergulir pada lembaga hukum negara yg sah, itu sama saja dengan membawa kesadaran rakyat jauh pada kedaulatan negara. Gerakan tersebut tak lebih hanya ambisi kelompok demi kepentingan politik semata.

“Sangat disayangkan jika praktek anarkis yang diperlihatkan oleh tim pemenangan di pilkada, masyarakat juga akan menilai karakter yang seperti ini adalah karakter tidak cocok dengan iklim demokrasi, dan yang pasti bukan menjadi pemimpin yang ideal untuk Makassar”, tutupnya. (*)