Begitulah Mizar bersosialisasi. Kalimatnya tak melulu ajakan untuk memilihnya. Diselipkannya pesan moral. Darinya saya belajar, bahwa bahwa kemenangan hakiki itu ada di hati. Jabatan itu hanyalah instrumen pengabdian. Apa guna menjabat jika tak bahagia dan membahagiakan. Pula, bekerja bukan hanya untuk nikmat dan pujian, tetapi untuk kebahagian. Rendah hati dan ketulusan, itu tanda kebahagiaan….

Sering, di beberapa diskusi dalam Dalam perjalanan, saya dan kawan lain tertegung mendengar kemampuan beliau memahami makna kehidupan, meski kami sadar usia Mizar Roem baru beranjak ke usia 38. Usia yang terbilang muda tapi kedewasaannya melewati banyak seusianya. “Beliau memang pantas menjadi pemimpin,” ucap saya dalam hati. (*)