Politisi Muda Partai Hanura menambahkan, distribusi hoax terbesar itu dihasilkan dari kalangan kelas menengah contohnya mahasiswa.

“Kelas menengah yang harusnga menjadi filter kegaduhan politik tidak bekerja dengan baik. Namun, dengan melihat hasil politik ini persatuan bukan hanua tanggungjawab pemerintah tapi tanggungjawab kita bersama,” ujarnya.

Sementara, Irfan AB mengaku, retakan yang ada dalam semarak pesta domekrasi ini hanya ada di dunia maya, bukan sesuatu realitas objektif atau terjadi di dunia nyata.

“Bahkan retakan yang terjadi itu saya ibaratkan seperti piramida terbalik dimana kalangan elit itu perpecahannya semakin terasa, tapi dikalangan bawah tidak,” ujar Politisi PAN ini.

“Karena di lingkungan saya tidak ada memutuskan silaturahim. Jadi saya kira, setelah Pilpres, tidak ada lagi yang bilang Jokowi atau Prabowo,” imbau Irfan AB, selaku pendukung Prabowo-Sandi.

Kata dia, di realitas nyata tidak ada masalah. Justru kalangan menengah ke atas ini yang sulit untuk move on. Sementara kalangan bawah saat ini hanya berpikir tentang kebutuhan mendasar.

“Seperti apakah kita bisa makan hari ini? Anak saya bisa sekolah?” katanya.

Menurut legislator Sulawesi Selatan itu, yang harus dilakukan saat ini adalah mengevaluasi pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Irfan yang ikut merasakan kegiatan kampanye sebagai legislator, di samping mengkampanyekan diri sendiri, juga mengkampanyekan capres-cawapres yang diusung parpol.

“Mohon maaf saja, saat melakukan kampanye, saya tentu akan lebih memprioritaskan diri sendiri dibanding mengkampanyekan Capres-Cawapres,” tutur Irfan.

Rusdi Idrus, Ketua PW GP ANSOR Sul-Sel, mengaku berbeda dengan pendapat Irfan AB. Ia mengatakan perpecahan nampak terjadi di dunia maya dan dunia nyata.

Menurutnya, perselisihan dua kubu di dunia Maya harus segera dibendung. Fenomena hoax yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Isu yang bergulir didunia maya memiliki dampak kepada masyarakat. Ibaratnya seperti bola salju ketika dibiarkan bergulir dapat menjadi pembelajaran yang tidak baik bagi bangsa.