Lanjutnya, melestarikan budaya, bukan merupakan sifat elitis namun pelestarian budaya merupakan upaya memelihara aset bangsa untuk memajukan bangsa Indonesia.

Potensi-potensi wisata yang ada di Luwu Raya perlu dimaksimalkan dengan upaya yang berkelanjutan agar anak cucu kita tetap bisa merasakan Tana Luwu Raya yang kita cintai,”tutupnya.

Bupati Luwu Timur, Muhammad Thorig Husler berharap melalui FKN ini dapat memberikan pengalaman individual bagi para pewaris untuk menjunjung tinggi nilai adat di masyarakat.

Husler juga mengaku bersyukur Luwu Timur mendapat kehormatan menjadi pusat tamah tamah para raja dan sultan se Nusantara dalam rangkaian FKN Tana Luwu di Kecamatan Wotu, 12 September 2019. Termasuk pementasan teater I Lagaligo.

Usai pembukaaan oleh Gubernur Sulsel acara dilanjutkan dengan penampilan tari kolosal Manurung RI Tana Luwu dan pertunjukan aksi polisi cilik.

Pementasan diakhiri dengan penyerahan Ulos oleh Penasihat Kesultanan Mangun Tua (Raja Matahari) dari Sumatera Utara, H. Edi Zulkarnain kepada Gubernur Sulawesi Selatan, Bupati Luwu Timur, Walikota Palopo, Bupati Luwu dan Bupati Luwu Utara.

Hadir dalam kegiatan pembukaan diantaranya Sri Paduka Datu Luwu Andi Maradang Mackulau Opu To Bau bersama permaisuri, Walikota Palopo, Drs. HM. Judas Amir, Wakil Walikota Palopo, Dr. Ir. H. Rahmat Masri Bandaso, Ketua TP. Penggerak PKK Palopo, Hj. Utiasari Judas, Panglima Kodam 14 Hasanuddin, para raja, sultan, pelingsir dan pemangku adat se-Nusantara, para bupati se-Tana Luwu, unsur Forkopimda se-Tana Luwu, para anggota DPRD Provinsi Sulsel dan DPRD se-Tana Luwu serta para tamu undangan lainnya.

 

Penulis : Sabri