“Untuk Jawa Timur dengan Kelembaban udara yang tinggi, lebih dari 60 persen dan kecepatan angin 10-30 km per jam sangat memungkinkan virus PMK stabil diudara dan tetap mempertahankan daya infeksi sampai menemukan host baru,” katanya.

Jika dianalogikan, kata Ewaldus, Iklim tropis dengan kelembaban udara di atas 60 persen yang ada di Indonesia maka sangat memungkinkan bagi penyebaran virus PMK menular melalui udara. Apalagi virus tersebut bisa bertahan hidup dalam udara bebas sampai pada suhu 27 derajat celcius.

“Untuk itu pemahaman yang lebih baik tentang wilayah geografis yang memiliki resiko penyebaran PMK melalui udara sangat penting dalam mendesain program pencegahan penularan virus,” katanya.

Namun dari pada itu, hal yang lebih penting adalah pemerintah harus mendorong peternak untuk memotong ternak yang bergejala klinis PMK melalui tempat yang sudah ditentukan. Hal ini akan mengurangi jumlah virus yang menular lewat udara maupun kontak langsung.

“Pemotongan bisa dilakukan di RPH atau tempat yang sudah ditentukan,” ujarnya.