MAKASSAR – Empat Musyawarah Daerah (Musda) untuk memilih Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Demokrat berujung kisruh, Selasa (30/5/2022).

Baca juga : Resmi! IAS jadi Kader Golkar, Demokrat Gempar

Aturan dari pemilihan bagi bakal calon Ketua DPD harus mengantongi minimal 20 persen suara agar dapat maju di Musda, selanjutnya tiga calon dengan suara terbanyak dalam tahapan pemilihan akan diajukan kepada DPP.

Nah disinilah yang berbeda, aturan terbaru mengatakan tiga calon yang dibawa ke DPP bakal dilakukan fit and proper test terlebih dahulu. Kepala Bamkostra Herzaky Mahendra Putra Herzaky mengatakan pada tahapan ini dukungan suara menjadi nol dan hanya digunakan sebagai salah-satu pertimbangan oleh Tim 3 yaitu Ketum PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sekjen PD Teuku Riefky Harsya, dan Ketua Badan Pembinaan Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Herman Khaeron dalam memilih Ketua DPD.

“Karena pada saat fit and proper test, dukungannya sudah 0 semua. Tapi dukungan itu menjadi salah satu indikator calon ketua saja. Bukan indikator utama dan penentu. Yang menjadi penentu yaitu saat fit and proper test, bagaimana rekam jejaknya, komitmennya, dan visi-misinya,” ujar Herzaky dikutip dari detik.com

Baca juga : Anak Pasar Terong Dilantik jadi Pengurus Demokrat Sulsel, Ini Motivasinya

Berikut 4 Musda Demokrat yang Berakhir Kisruh

1. Sulawesi Selatan

Ilham Arief Sirajuddin mengantongi suara terbanyak dalam Musda yang digelar oleh DPD Demokrat Sulsel melawan Ni’matullah. Akan tetapi ketika diajukan ke DPP. Tim 3 memilih Ulla sebagai ketua DPD Demokrat Sulsel yang baru.

Imbasnya, IAS memutuskan menanggalkan jabatannya sebagai kader Demokrat dan pindah ke Golkar karena merasa sudah tak dihargai. Pindahnya IAS digelar meriah dalam acara Halal Bihalal Kader dan Relawan Airlangga Hartarto di Hotel Four Point By Sheraton Makassar (29/5).