“Pertama, saya membutuhkan organisasi di mana saya dan cita-cita saya mengabdi di kancah lebih besar, bisa lebih dihargai,” ungkap IAS.

Baca juga : Ni’matullah : Demokrat Sulsel Siap Bangkit Bersama
2. Jawa Timur

DPD Jawa Timur menggelar Musda dimana Bayu Airlangga dan Emil Dardak bersaing merebut kursi Ketua DPD (20/1).

Senasib dengan IAS, Bayu Airlangga yang mengantongi suara terbanyak dalam Musda justru tak dipilih oleh DPP, malahan mereka memilih Emil Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim.

Merasa kecewa dan dizalimi, Bayu Airlangga memutuskan hengkang dari Partai Demokrat. Bahkan searah dengan IAS, Bayu juga berlabuh ke Golkar.

“Saya memutuskan mundur dari Partai Demokrat per hari Kamis, 21 April 2022. Ketika saya dizalimi terkait Musda, tidak ada pilihan lain selain mundur dari partai,” kata Bayu.

Baca juga : Waketum Golkar Bamsoet Dorong Industri Kendaraan Udara Tingkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
3. Nusa Tenggara Timur

Lebih parah dari Musda Sulsel dan Jatim, Musyawarah Daerah yang dilakukan di NTT pada (4/1) berakhir dengan pembakaran atribut Partai Demokrat.

Massa memprotes keputusan DPP Partai dimana memilih Leonardus Leo sebagai Ketua DPD bukannya Jefri Riwu Kore.

Baca juga : Kader Partai Demokrat Jeneponto Sambut Baik Kedatangan AHY, di Maros Menolak
4. Riau

Terakhir, Musda Riau juga berakhir kisruh. Namun alasan kekisruhannya berbeda dari ketiga daerah diatas. Tetapi penyebabnya ialah pengurus lama Partai Demokrat merasa kecewa dengan keputusan DPP yang tiba-tiba menggelar Musda. Padahal jabatan pengurus lama berakhir pada Agustus 2022 akan tetapi Musyawarah Daerah sudah dilakukan pada 2021.

Akibat hal tersebut, para pengurus lama termasuk Ketua DPD Demokrat Riau saat itu Asri Auzar memutuskan keluar dari partai bahkan juga membakar atribut PD.